Monday, November 28, 2011

Haruskah Melepas Tali Pocong?

Banyak mitos yang beredar di masyarakat kita terkait dengan kejadian tidak dilepasnya tali pocong mayit ketika dimakamkan sehingga bisa langsung bersentuhan dengan tanah karena lupa. Ada yang bilang bahwa itulah penyebab adanya arwah gentayangan. Ini jelas mitos alias khurafat yang tidak berdasar dan akidah mengada-ada yang dimasukkan oleh sebagian orang Islam ke dalam ajaran Islam. Lantas apa sih hukum sebenarnya dari melepas tali pocong mayit ketika hendak dimakamkan? Wajib kah?

سئل الشيخ حمد بن عبد العزيز: عن كشف الكفن عن وجه الميت؟
Syaikh Hamd bin Abdul Aziz pernah mendapat pertanyaan mengenai hukum menyingkap kain kafan yang menutupi wajah mayit saat pemakaman?
فأجاب: لم يبلغني فيه شيء، ولكن الظاهر أن الأمر فيه واسع، إن كشف عنه فلا بأس وإن ترك فكذلك.
Jawaban beliau, “Tidak ada satu pun yang kuketahui tentang masalah ini. Kesimpulan yang tepat dalam masalah ini adalah adanya kelonggaran dalam masalah iniJika tali pocong dilepas sehingga wajah mayit tersingkap hukumnya tidak mengapa. Sebaliknya jika dibiarkan begitu saja hukumnya juga tidak mengapa”.
سئل الشيخ عبد الله أبا بطين: عن رفع اليدين حال القيام على القبر بعد الدفن؟
Syaikh Abdullah Abu Buthain ditanya mengenai hukum mengangkat kedua tangan dalam posisi berdiri dalam rangka mendoakan mayit yang baru saja dimakamkan.
فأجاب: ثبت في سنن أبي داود: ” أنه صلى الله عليه وسلم إذا فرغ من دفن الميت قال: قفوا على صاحبكم واسألوا له التثبيت واستغفروا له، فإنه الآن يسأل ” ؛
Jawaban beliau, “Terdapat hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud bahwa Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam jika selesai memakamkan mayit bersabda, “Berdirilah kalian, mintakan untuk mayit ini kemampuan menjawab pertanyaan malaikat dengan baik dan mohonkanlah ampunan untuknya sesungguhnya dia saat ini sedang ditanyai oleh malaikat”.
فهذا هو المسنون: أن يستغفر له ويسأل له التثبيت، وأما رفع الأيدي في تلك الحال فلا أراه، لعدم وروده.
Inilah yang sesuai dengan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam , setelah mayit dimakamkan kita doakan dia agar mendapatkan ampunan dari Allah dan diberi kemampuan untuk menjawab pertanyaan malaikat dengan baik. Mengangkat tangan saat berdoa ketika itu menurutku jangan dilakukan karena tidak ada dalil yang menganjurkannya
[ad Durar as Saniyyah fi al Ajwibah an Najdiyyah juz kelima hal 85, cetakan kelima 1414H].

Salmonella

Klasifikasi
Domain           : Bakteri
Filum              : Proteobacteria
Kelas              : Gammaproteobacteria
Ordo               : Enterobacteriales
Family            : Enterobacteriaceae
Genus            : Salmonella
Mikrograf dari Salmonella sp
Morfologi
Salmonella pertama ditemukan (diamati) pada penderita demam tifoid pada tahun 1880 oleh Eberth dan dibenarkan oleh Robert Koch dalam kultur bakteri pada tahun 1881. Salmonella  adalah bakteri berbentuk batang, pada pengecatan gram berwarna merah muda (gram negatif). Salmonella  berukuran 2 µ sampai 4 µ × 0,6 µ, mempunyai flagel (kecuali S. gallinarum dan S. pullorum), dan tidak berspora. Habitat Salmonella  adalah di saluran pencernaan (usus halus) manusia dan hewan.
Dalam skema kauffman dan white tatanama Salmonelladi kelompokkan berdasarkan antigen atau DNA yaitu kelompok I enteric, II salamae, IIIa arizonae, IIIb houtenae, IV diarizonae, V bongori, dan VI indica. Komposisi dasar DNA Salmonella adalah 50-52 mol% G+C, mirip dengan EscherichiaShigella, dan Citrobacter. Namun klasifikasi atau penggunaan tatanama yang sering dipakai pada Salmonella  berdasarkan epidemiologi, jenis inang, dan jenis struktur antigen (misalnya S.typhiS. thipirium). Jenis atau spesies Salmonella yang utama adalah S. typhi (satu serotipe), S. choleraesuis, dan S. enteritidis (lebih dari 1500 serotipe). Sedangkang spesies S. paratyphi A, S. paratyphi B, S. paratyphi C termasuk dalam  S. enteritidis.

Fisiologi
            Salmonella tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15-41 oC (suhu pertumbuhan optimum 37,5oC) dan pH pertumbuhan 6-8. Pada umumnya isolat salmonella dikenal dengan sifat-sifat, gerak +, reaksi fermentasi terhadap manitol dan sorbitol +, reaksi indol -, DNAase, fenilalanin deaminase, urease, Voges Proskauer, reaksi fermentasi terhadap sukrose, laktose, adenitol, serta tidak tumbuh pada larutan KCN.
            Ketiga spsesies salmonella dapat dibedakan dengan reaksi biokimia di bawah ini :
Salmonella choleaesuis
Salmonella enteritidis
Salmonella typhy
Sitrat
-
+
-
Ornitin dekarboksilase
+
+
-
Gas dari fermentasi gula
+
+
-
Fermentasi trehalosa
-
+
+
Dulsitol
-
+
-
            Sebagian besar isolat Salmonella yang berasal dari bahan klinik menghasilkan H2S. Pada agar SS, Endo,EMB, dan Mac Konkey koloni kuman berbentuk bulat, kecil, tidak berwarna. Pada agar Wilson-Blair koloni kuman berwarna hitam.
            Kuman salmonella mati pada suhu 56oC juga pada keadaan kering. Dalam air
Bisa tahan selama 4 minggu. Hidup subur pada medium yang mengandung garam empedu, tahan terhadap hijau brilliant, dan senyawa Natrium tetratinoat dan Natrium deksikolat.

Sifat Biakan
            Koloni-koloni yang tersangka dari isolasi media yang ditumbuhi Salmonella :
1.    Endo Agar     : Rose, kecil-sedang, smooth, jernih, keping
2.    EMB               : Tidak berwarna, sedang, smooth, jernih, dan keping
3.    MC                  : Rose, kecil-sedang, smooth, jernih, keping
4.    S.S                  : Tidak berwarna, rose, kecil-kecil, smooth, jernih, sedikit cembung
5.    WB                  : Hijau muda tengah-tengah, hitam, kecil-kecil, tepinya jernih, smooth, sedikit cembung.

Identifikasi Enterobacteriaceae yang patogen dengan semi solid dan gula-gula pendek :
  
TSIA
Manit
Indol
Gerak
Enterobacteriaceae
K/M H2S ±
+
-
+
Salmonella typhy
K/M H2S +/-
+g
-
+
Salmonella paratyphy A, B, C
K/M H2S ++
+g
-
+
Salmonella paratyphy B, C
K/M H2S -
+g
-
+
Salmonella paratyphy A
K/M H2S -
+
-
-
Salmonella typhy
Ket :
K = Kuning (asam)                                      g = Gas
M = Merah (basa)                                         - = Negatif
+/- = Positif atau Negatif                             ± = Sedikit
++ = Banyak terbentuk (kuat)

Struktur Antigen
      Salmonella mempunyai tiga macam antigen utama untuk diagnostik atau mengidentifikasinya yaitu : somatik antigen (O), antigen flagel (H) dan antigen Vi (kasul). Antigen O (Cell Wall Antigens ) merupakan kompleks fosfolipid protein polisakarida yang tahan panas (termostabil), dan alkohol asam. Antibodi yang dibentuk  adalah IgM. Namun antigen O kurang imunogenik dan aglutinasi berlangsung lambat. Maka kurang bagus untuk  pemeriksaan serologi karena terdapat 67 faktor antigen, tiap-tiap spesies memiliki beberapa faktor. Oleh karena itu titer antibodi O sesudah infeksi lebih rendah dari pada antibodi H.
 Antigen H pada Salmonella  dibagi dalam 2 fase yaitu fase I : spesifik dan fase II : non spesifik. Antigen H adalah protein yang tidak tahan panas (termolabil), dapat dirusak dengan pemanasan di atas 60ºC dan alkohol asam. Antigen H sangat imunogenik dan antibodi yang dibentuk adalah IgG. Sedangkan Antigen Vi adalah polimer dari polisakarida yang bersifat asam. Terdapat dibagian paling luar dari badan kuman bersifai termolabil. Dapat dirusak dengan pemanasan 60oC selama 1 jam. Kuman yang mempunyai antigen Vi bersifat virulens pada hewan dan mausia. Antigen Vi juga menentukan kepekaan terhadap bakteriofaga dan dalam laboratorium sangat berguna untuk diagnosis cepat kuman S. typhi. Adanya antigen Vi menunjukkan individu yang bersangkutan merupakan pembawa kuman (carrier).

Patogenitas
Salmonellosis adalah istilah yang menunjukkan adanya infeksi Salmonella. Manifestasi klinik Salmonellosis pada manusia ada 4 sindrom yaitu :
1.    Gastroenteritis atau keracunan makanan merupakan infeksi usus dan tidak ditemukan toksin sebelumnya. Terjadi karena menelan makanan yang tercemar Salmonella misalnya daging dan telur. Masa inkubasinya 8-48 jam, gejalanya mual, sakit kepala, muntah, diare hebat, dan terdapat darah dalam tinja. Terjadi demam ringan yang akan sembuh dalam 2-3 hari. Bakterimia jarang terjadi pada penderita (2-4%) kecuali pada penderita yang kekebalan tubuhnya kurang.
2.    Demam tifoid yang disebabkan oleh Salmonella typhi, dan demam paratifoid disebabkan Salmonella paratyphi A, B, dan C. Kuman yang masuk melalui mulut masuk kedalam lambung untuk mencapai usus halus, lalu ke kelenjar getah bening. Kemudian memasuki ductus thoracicus. Kemudian kuman masuk dalam saluran darah (bakterimia) timbul gejala dan sampai ke hati, limpa, sumsum tulang, ginjal dan lain-lain. Selanjutnya di organ tubuh tersebut Samonella berkembang biak.
3.    Bakterimia (septikimia) dapat ditemukan pada demam tifoid dan infeksi Salmonella non-typhi. Adanya Salmonella dalam darah beresiko tinggi terjadinya infeksi. Gejala yang menonjol adalah panas dan bakterimia intermiten. Dan timbul kelainan-kelainan local pada bagian tubuh misalnya osteomielitis, pneumonia, abses paru-paru, meningitis dan lain-lain. Penyakit ini tidak menyerang usus dan biakan tinjanya negatif.
4.    Carier yang asomatik adalah semua individu yang terinfeksi Salmonella akan mengekskresi kuman dalam tinja untuk jangka waktu yang bervariasi disebut carrier convalesent, jika dalam 2-3 bulan penderita tidak lagi mengekskresi Salmonella. Dan jika dalam 1 tahun penderita masih mengekskresi Salmonella disebut carrier kronik.

Diagnosis Laboratorium
Tidak adanya gejala-gejala atau tanda yang spesifik untuk demam tifoid, membuat diagnosis klinik demam tifoid menjadi cukup sulit. Di daerah endemis, demam lebih dari 1 minggu yang tidak diketahui penyebabnya harus dipertimbangkan sebagai tifoid sampai terbukti apa penyebabnya. Diagnosis pasti demam tifoid adalah dengan isolasi/kultur Salmonella typhi dari darah, sumsum tulang, atau lesi anatomis yang spesifik. Adanya gejala klinik yang karakteristik demam tifoid atau deteksi respon antibody yang spesifik hanya menunjukkan dugaan demam tifoid tetapi tidak definitif/pasti.

Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk diagnosis demam tifoid yaitu :
a.    Kultur
1.    Kultur Aspirasi Sumsum Tulang
Kultur aspirasi sumsum tulang merupakan gold standard untuk diagnosis pasti demam tifoid. Kultur aspirasi sumsum tulang tepat untuk pasien yang sebelumnya telah diobati, long history of illness dan hasil kultur darah negatif. Kultur sumsum tulang positif pada 80-95% pasien demam tifoid bahkan pada pasien-pasien yang telah menerima antibiotik selama beberapa hari.
2.    Kultur Feses
Kultur feses dapat dilakukan untuk isolasi Salmonella typhi dan khususnya bermanfaat untuk diagnosis carrier tifoid. Isolasi Salmonella typhi dari feses adalah sugestif demam tifoid.
3.    Kultur Darah
Kultur darah positif pada 60-80% pasien tifoid. Sensitivitas kultur darah lebih tinggi pada minggu pertama sakit dan sensitivitasnya meningkat sesuai dengan volume darah yang dikultur dan rasio darah terhadap broth. Sensitivitas kultur darah dapat menurun karena penggunaan antibiotik sebelum dilakukan isolasi, namun hal ini dapat diminimalisasi dengan menggunakan sistem kultur darah otomatis seperti BacT Alert, Bactec 9050 dengan menggunakan media kultur (botol kultur) yang dilengkapi dengan resin untuk mengikat antibiotik.
Beberapa penyebab kegagalan dalam mengisolasi kuman Salmonella typhi adalah :
1)    Keterbatasan media di laboratorium
2)    Konsumsi antibiotik
3)    Volume spesimen yang dikultur
4)    Waktu pengambilan sampel (positivitas tertinggi adalah demam 7-10 hari).
b.    Pemerikasaan Serologi
Demam tifoid menginduksi respon imun humoral baik sistemik maupun lokal tetapi respon imun ini tidak dapat memproteksi dengan lengkap terhadap kekambuhan dan reinfeksi. Beberapa pemeriksaan serologi diantaranya:
1.    Widal
Peran widal dalam diagnosis demam tifoid sampai saat ini masih kontroversial karena sensitivitas, spesifisitas dan nilai ramalnya sangat bervariasi tergantung daerah geografis. Pemeriksaan widal mendeteksi antibodi aglutinasi terhadap antigen 0 dan H. Biasanya antibodi 0 muncul pada hari ke 6-8 dan H pada hari 10-12 setelah onset penyakit. Pemeriksaan pada fase akut harus disertai dengan pemeriksaan kedua pada masa konvalesens. Hasil negatif palsu pemeriksaan widal bisa mencapai 30%. Hal ini disebabkan karena pengaruh terapi antibiotik sebelumnya. Spesifisitas pemeriksaan widal kurang begitu baik karena serotype Salmonella yang lain juga memiliki antigen 0 dan H. Epitop Salmonella typhi juga bereaksi silang dengan enterobacteriaceae lain sehingga menyebabkan hasil positif palsu. Hasil positif palsu juga dapat terjadi pada kondisi klinis yang lain misalnya malaria, typhus bacteremia yang disebabkan oleh organisme lain dan juga sirosis. Di daerah endemis terjadi low background antibody pada populasi sehingga diperlukan cut off yang berbeda antar area.
2.    Pemeriksaan Serologi Terbaru
Pemeriksaan serologi untuk Salmonella typhi telah banyak berkembang, diantaranya yaitu :
1)    Tubex® TF (mendeteksi antibodi IgM tehadap antigen 09 IPS Salmonella typhi)
2)    Typhidot (mendeteksi Antibodi IgG dan IgM terhadap antigen 50 kD Salmonella typhi)
3)    Typhidot M (mendeteksi antibodi IgM terhadap antigen 50 kD Salmonella typhi)
4)    Dipstick test (mendeteksi antibodi IgM terhadap antigen LPS Salmonella typhi)
TUBEX ® TF (ANTI Salmonella typhi IgM)
Tubex® TF adalah pemeriksaan diagnostik in vitro semikuantitatif yang cepat dan mudah untuk deteksi demam tifoid akut. Pemeriksaan ini mendeteksi antibodi IgM terhadap antigen 09 LPS Salmonella typhi. Sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan adalah > 95% dan > 93%.
Prinsip Pemeriksaan
Metode pemeriksaan yang digunakan adalah Inhibition Magnetic Binding Immunoassay (IMBI). Antibodi IgM terhadap antigen 09 LPS dideteksi melalui kemampuannya untuk menghambat interaksi antara kedua tipe partikel reagen yaitu indikator mikrosfer lateks yang disensitisasi dengan antibodi monoklonal anti 09 (reagen berwarna biru) dan mikrosfer magnetik yang disensitisasi dengan LPS Salmonella typhi (reagen berwarna coklat). Setelah sedimentasi partikel dengan kekuatan magnetik, konsentrasi partikel indikator yang tersisa dalam cairan menunjukkan daya inhibisi. Tingkat inhibisi yang dihasilkan adalah setara dengan konsentrasi antibodi IgM Salmonella typhi dalam sampel. Hasil dibaca secara visual dengan membandingkan warna akhir reaksi terhadap skala warna.
Pemeriksaan Tubex sangat sensitif dan spesifik untuk deteksi demam tifoid. Hal ini disebabkan karena penggunaan antigen 09 LPS yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
1.    Immunodominan dan kuat
2.    Antigen 09 (atau LPS secara umum) bersifat thymus independent type 1, imunogenik pada bayi (antigen Vi dan H kurang imunogenik), dan merupakan mitogen yang sangat kuat terhadap sel B.
3.    Antigen 09 dapat menstimulasi sel-sel B tanpa bantuan sel T (tidak seperti antigen-antigen protein) sehingga respon anti-09 dapat terdeteksi lebih cepat.
4.    LPS dapat menimbulkan respon antibodi yang kuat dan cepat melalui aktivasi sel B via reseptor sel B dan reseptor lain (Toll like receptor)
Spesifisitas yang tinggi (>90%) karena antigen 09 yang sangat jarang ditemukan baik di alam ataupun di antara mikroorganisme.
c.    Molekular
Seperti halnya kultur darah, target dari teknik-teknik molekular adalah patogen itu sendiri sehingga bermanfaat untuk deteksi awal penyakit. Teknik hibridisasi menggunakan probe DMA adalah teknik biologi molekular pertama yang digunakan untuk diagnosis demam tifoid. Teknik ini memiliki spesifisitas yang tinggi namun kurang sensitif. Teknik ini tidak dapat mendeteksi Salmonella typhi bila jumlah bakteri < 500 bakteri/mL. Kemudian berkembang teknik Polymerase Chain Reaction (PCR) dengan spesifisitas dan sensitivitas yang lebih baik (1 -5 bakteri/mL). PCR untuk identifikasi Salmonella typhi ini tersedia di beberapa negara namun penggunaannya masih terbatas untuk penelitian karena harganya yang cukup mahal. Selain itu, diperlukan kehati-hatian dalam menginterpretasi hasil pemeriksaan teknik molekular termasuk PCR terutama di daerah dengan endemisitas demam tifoid yang tinggi seperti di Indonesia.

Pencegahan
Kebersihan adalah kunci dari pencegahan. Mencuci tangan dengan sabun dan air panas, terutama setelah menangani telur-telur, unggas, dan daging mentah kemungkinan besar mengurangi kesempatan untuk infeksi-infeksi. Penggunaan sabun-sabun antibakteri telah direkomendasikan oleh beberapa penyelidik-penyelidik. Dengan menggunakan air minum yang dirawat dengan chlorine, hasil yang dicuci, dan dengan tidak memakan makanan-makanan yang setengah matang seperti telur-telur, daging atau makanan-makanan lain, orang-orang dapat mengurangi kesempatan dari paparan pada Salmonella. Menghindari kontak langsung dengan carriers hewan dari Salmonella (contohnya, kura-kura, ular-ular, babi-babi) juga mungkin mencegah penyakit.
Otoritas-otoritas kesehatan publik yang melaksanakan undang-undang kebersihan restoran dan pencucian tangan pekerja telah membantu pencegahan umum. Carriers manusia dari Salmonella harus tidak pernah boleh bekerja di industri pelayanan penanganan makanan dan secara idealnya harus menjalani pengeluaran kantong empedu dan terapi antibiotik untuk usaha penyembuhan dari keadaan carrier. Otoritas-otoritas kesehatan publik juga meminta penarikan-penarikan produk ketika produk-produk tercemar dengan Salmonella atau organisma-organisma lain yang mencemari atau racun-racun. Pada tahun 2009, ada penarikan untuk makanan-makanan yang mengandung kacang (contohnya, peanut butter, cookies, crackers). The Westco Fruit and Nut Co., Inc., menyediakan pasta yang berasis kacang yang dilaporkan mengandung Salmonella dan digunakan untuk membuat banyak produk-produk makanan. Akhirnya, kira-kira 3,800 produk-produk ditarik. Penarikan-penarikan yang sama telah terjadi untuk kacang-kacang pistachio dari penyedia California di bulan Maret tahun 2009 dan untuk tomat-tomat pada tahun 2008, keduanya tercemar dengan Salmonella. Penarikan-penarikan yang paling baru-baru ini adalah untuk daging sapi yang tercemar di bulan Juli dan Agustus tahun 2009, dan sayangnya, Salmonella menunjukan resisten pada banyak obat. Penarikan-penarikan meningkatkan keamanan populasi dari paparan pada pencemar-pencemar makanan microbial dan racun.
Meskipun beberapa vaksin-vaksin Salmonella tersedia untuk unggas dan hewan-hewan, vaksin-vaksin manusia tersedia hanya untuk demam typhoid. Bagaimanapun, the CDC tidak merekomendasikan bahwa setiap orang memperoleh vaksin untuk tipe demam typhoid; mereka merekomendasikan bahwa hanya orang-orang yang berpergian ke negara-negara yang sedang berkembang dimana demam typhoid adalah endemik (contohnya, wilayah-wilayah Afrika, Asia, dan Latin America) harus menerima vaksin. Vaksin demam typhoid tersedia dalam bentuk oral (Ty21) dan suntikan (ViCPS). Orang-orang yang merencanakan meminta vaksin-vaksin harus memberitahu dokter-dokter mereka dimuka (kira-kira delapan sampai 10 minggu) sebelum mereka memerlukan vaksin karena ia mungkin tidak siap tersedia dan perlu diberikan kira-kira dua minggu sebelum perjalanan. Peneliti-peneliti sedang berusaha untuk mengembangkan vaksin-vaksin lain untuk semua tipe-tipe dari infeksi-infeksi Salmonella.