Showing posts with label SEROLOGI. Show all posts
Showing posts with label SEROLOGI. Show all posts

Thursday, July 3, 2014

Pemeriksaan Laboratorium untuk Alergi

Ilustrasi : www.allergytestinglaboratory.com.au
Alergi merupakan suatu reaksi menyimpang dari mekanisme pertahanan tubuh terhadap zat/bahan yang secara normal tidak berbahaya bagi tubuh, dan melibatkan sistem kekebalan tubuh terutama antibodi imunoglobulin E (IgE). Alergi bisa terhadap makanan, hewan, jamur, obat, dan lain-lain.
Alergi terjadi karena pengaruh faktor genetik, lingkungan, dan gaya hidup tidak sehat. Para ahli
juga menyebutkan alergi sebagai gangguan imunitas tubuh akibat kelainan genetika.
Adapun gejala alergi yaitu :
- Mata merah, bengkak, dan berair
 - Hidung mengeluarkan banyak lendir dan bersin saluran napas berlendir, batuk, sesak
napas, napas berbunyi (seperti asma)
 - Lambung / usus halus menjadi lebih aktif, sehingga menyebabkan diare dan gangguan
pencernaan lainnya
 - Persendian terasa sakit, kemerahan, dan bengkak
 - Kulit menjadi berbercak merah / timbul biduran disertai dengan rasa gatal
Diagnosis alergi dapat ditetapkan berdasarkan gejala yang dialami dan kemungkinan alergen penyebab, pe­meriksaan fisik untuk melihat gejala alergi yang tampak, dan apabila masih terdapat keraguan harus dilakukan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium untuk gejala antara lain :
1.      Hitung eosinofil total
Pemeriksaan hitung eosinofil total perlu dilakukan untuk menunjang diagnosis dan mengevaluasi pengobatan penyakit alergi. Eosinofilia apabila dijumpai jumlah eosinofil darah lebih dari 450 eosinofil/µL. Hitung eosinofil total dengan kamar hitung lebih akurat dibandingkan persentase hitung jenis eosinofil sediaan apus darah tepi dikalikan hitung leukosit total. Eosinofilia sedang (15%-40%) didapatkan pada penyakit alergi, infeksi parasit, pajanan obat, keganasan, dan defisiensi imun, sedangkan eosinofilia yang berlebihan (50%-90%) ditemukan pada migrasi larva.
2.      Hitung eosinofil dalam secret
Peningkatan jumlah eosinofil dalam apusan sekret hidung merupakan indikator yang lebih sensitif dibandingkan eosinofilia darah tepi, dan dapat membedakan rinitis alergi dari rinitis akibat penyebab lain. Meskipun demikian tidak dapat menentukan alergen penyebab yang spesifik. Eosinofilia nasal pada anak apabila ditemukan eosinofil lebih dari 4% dalam apusan sekret hidung, sedangkan pada remaja dan dewasa bila lebih dari 10%. Hitung eosinofil juga dapat dilakukan pada sekret bronkus dan konjungtiva.
3.      Kadar serum IgE total
Peningkatan kadar IgE serum sering didapatkan pada penyakit alergi sehingga seringkali dilakukan untuk menunjang diagnosis penyakit alergi. Pasien dengan dermatitis atopi memiliki kadar IgE tertinggi dan pasien asma memiliki kadar IgE yang lebih tinggi dibandingkan rinitis alergi. Kadar IgE total didapatkan normal pada 50% pasien alergi, dan sebaliknya meningkat pada penyakit non-alergi (infeksi virus/jamur, imunodefisiensi, keganasan).
4.      Kadar IgE spesifik
Pemeriksaan kadar IgE spesifik untuk suatu alergen tertentu dapat dilakukan secara in vivo dengan uji kulit atau secara in vitro dengan metode RAST (Radio Allergosorbent Test), ELISA(Enzyme-linked Immunosorbent Assay), atau RAST enzim. Kelebihan metode RAST dibanding uji kulit adalah keamanan dan hasilnya tidak dipengaruhi oleh obat maupun kelainan kulit. Hasil RAST berkorelasi cukup baik dengan uji kulit dan uji provokasi, namun sensitivitas RAST lebih rendah

Referensi
www.prodia.co.id/penyakit-dan-diagnosa/alergi/pdf
www.saripediatri.idai.or.id/pdfile/11-3-5.pdf
www.prodia.co.id/alergi

Tuesday, April 29, 2014

Dengan Alat ini semua pasien pria bisa periksa sperma sendiri

Ilustrasi : trakfertility.com
Teknologi yang semakin canggih membuat semua pemeriksaan Laboratorium semakin mudah dilakukan. Bahkan pada akhir-akhir ini penemuan-penemuan alat pemeriksaan laboratorium diarahkan kepada kemandirian pasien untuk memeriksa sendiri tanpa memerlukan tenaga Analis Kesehatan lagi.

Saat ini ilmuwan telah menemukan perangkat portabel untuk menguji kesuburan para pria. Cara ini dianggap sebagai solusi bagi pria yang sungkan menguji kesuburan mereka ke dokter. Cukup berada di rumah, pria dapat menguji kualitas spermanya. 

Melansir Daily Mail edisi Senin 28 April 2014, dua peneliti Amerika Serikat, Greg Sommer dan Ulrich Schaff menamakan perangkat itu TrakFertility. 

Perangkat ini diklaim bisa mendeteksi hasil kesuburan sperma dalam hitungan menit. Peneliti menegaskan, hasilnya pun seakurat dengan pemeriksaan laboratorium.

Tak cukup membuat perangkatnya saja, kedua peneliti juga tengah mengerjakan aplikasimobile yang memungkinkan pria mempelajari hasil uji melalui ponsel mereka. Jika belum puas dengan hasil, setidaknya tes itu bisa jadi bekal saat berkonsultasi dengan dokter. 

"Perangkat ini memungkinkan seseorang menguji dan melacak kesuburan mereka dari kenyamanan dan privasi rumah mereka," jelas Sommer dalam Jurnal Albuquerque.

Sistem perangkat disebutkan akan bekerja secara mudah untuk dianalisa. "Ini adalah sistem diagnosa yang portabel dan mudah digunakan, dengan keakuratan tes laboratorium klinis," tambah Sommer. 

Bersama rekan penelitinya, Sommer tengah fokus memasarkan perangkat mereka ke konsumen dengan kemitraan perusahaan medis. Produk diperkirakan bisa dipasarkan pada awal tahun depan. 

Sommer mengatakan perangkat itu bisa jadi solusi uji kesuburan yang selama ini hanya fokus pada wanita saja. "Jadi kami ingin membantu orang hamil dalam cara yang yang tak pernah dilakukan sebelumnya."

Selama pengujian, uniknya tercatat satu dari lima orang yang menjalani tes memiliki jumlah sperma rendah yang dapat mengganggu pembuahan. 

Kisah temuan perangkat itu tercetus saat keduanya membuat perangkat portabel untuk menguji kesuburan pria saat keduanya bekerja di Laboratorium Nasional Sandia di California. Di laboratorium ini, keduanya menciptakan perangkat yang cepat mendeteksi racun atau ancaman biologis lainnya dalam keadaan darurat.

Selanjutnya, keduanya mendapatkan lisensi teknologi dari laboratorium itu untuk mendirikan perusahaan start-up, SandStone Diagnostic Inc. Perusahaan ini dikhususkan mengembangkan seperangkat uji kesuburan. Akhirnya dinamakan TrakFertility.

Sumber : www.teknologi.news.viva.co.id/news/read/500288-pria-bisa-uji-sperma-di-rumah-dengan-alat-ini

Saturday, December 21, 2013

Pemeriksaan Serologi


Pemeriksaan serologik sering dilakukan sebagai upaya menegakkan diagnosis. Walaupun saat ini pemeriksaan serologik tidak terbatas pada penyakit infeksi, namun untuk menunjang diagnosis penyakit infeksi memang hal yang sering dilkukan. memungkinkan dilakukannya pengamatan secara in vitro terhadap perubahan kompleks antigen-antibodi (Ag-Ab). Pengujian tersebut berdasar pada proses presipitasi atau aglutinasi atau aktivasi komplemen yang diakibatkan oleh perubahan status fisik kompleks.
           
Reaksi antigen-antibodi secara in vitro dapat dimanfaatkan untuk:
1.     Identifikasi antigen
Apabila antigen tidak diketahui, misal :
a.     Reaksi presipitin untuk mengklasifikasi grup streptokokus
b.    Reaksi aglutinasi untuk mengklasifikasi serotipe salmonella, shigella
c.     Reaksi presipitin untuk mengidentifikasi antigen variola pada lesi smallpox

2.     Deteksi kuantitasi antibodi yang disekresi pada serum, air susu, dan cairan tubuh lainnya. Pada kasus ini antibodi tidak diketahui. Pemeriksaan antibodi dapat digunakan untuk:
a.     Menilai imunitas terhadap rubella, mumps, poliomyelitis
b.    Menilai prevalensi infeksi oleh mikroorganisme dalam suatu komunitas atau survei serologik pada kelompok umur
c.     Mendeteksi jaringan yang diinvasi suatu mikroorganisme, mis: Haemophilus influenza pada bronkitis kronis atau antibodi E. coli pada infeksi traktus urinarius.
d.    Mendiagnosa penyakit, misalnya: brucellosis, tifoid, VD, DHF, dsb

Pada pemeriksaan terhadap spesimen serum tunggal, konklusi yang dapat dibuat sangat terbatas, mengingat bahwa banyak kasus antibodi dapat distimulasi setiap saat, tidak selalu berkaitan dengan penyakit yang sedang terjadi.

Sebaiknya dilakukan pemeriksaan tehadap 2 sera, satu dikoleksi pada saat penyakit timbul, dan yang lain 10-14 hari brikutnya. Kenaikan titer antibodi spesifik sampai 4 kali lipat spesimen uji, merupakan indikasi signifikan yang menunjukkan bahwa sedang terjadi infeksi aktif.



Faktor-faktor  penting yang harus diperhatikan pada uji serologi
1.     serum kontrol: dalam hal ini harus diperhatikan beberapa sifat serum kontrol
-          sifat antikomplementer
-          tidak memiliki inhibitor spesifik
-          tidak toksik terhadap kultur sel
-          memiliki aglutinin
-          dapat menghasilkan presipitat non spesifik
2.     Kontrol antigen: antigen yang digunakan harus memiliki aktivitas tinggi. Antigen dapat bersifat antikomplementer, oto-aglutinasi, dan mungkin terkontaminasi, hal-hal tersebut dapat berpengaruhpada pengujian.
3.     Kontrol pelarut: pelarut yang digunakan ada kemungkinan terkontaminasi, hal ini dapat menyebabkan terjadi perubahan pH, efek toksisk, dsb.
4.     Antisera standar: antigen cenderung tidak stabil pada penyimpanan dibanding sera, kontrol uji untuk standar sera negatif  dan standar sera positif yang telah diketahui titernya


REAKSI ANTIGEN-ANTIBODI YANG DIGUNAKAN PADA SEROLOGI DIAGNOSTIK

1.     Uji Presipitasi

Presipitasi terjadi antara molekul Ab dan Ag pada bentuk solubel. Pada pengujian ini antigen berbentuk koloidal. Laju presipitasi sangat tergantung pada proporsi antigen dan antibodi pada campuran. Terdapat beberapa cara pengujian pada metode presipitasi, yakni:

a.             Uji tabung
Dengan mencampur pada tabung, masukkan dilusi antigen atau antibodi dengan jumlah tertentu. Dilusi dilakukan dari konsentrasi tinggi (tabung pertama) sampai konsentrasi terendah (tabung terakhir). Presipitat timbul pada tabung yang mengandung Ag dan Ab secara proporsional.
b.            Presipitasi Cincin
Antigen dilapiskan pada serum (antibodi), terjadi difusi setelah mencapai ikatan proporsional dengan antibodi akan menghasilkan presipitasi berbentuk cincin.
c.             Difusi Gel
Pada pengujian ini memungkinkan antigen dan antubodi berdifusi perlahan dari arah tertentu melalui gel. Pada cara ini homogenitas dan derajat kemurnian dari berbagai antigen dapat diuji. Pita presipitasi terbentuk pada setiap antigen dapat saling bertemu, atau bersilangan menunjukkan:
-          bersambungan, antigen identik secara imunologik (terhadap serum uji)
-          bercabang, antigen berhubungan sebagian
-          bersilangan, menunjukkan antigen tidak berhubungan

·         Metode difusi tunggal
Di sini anti serum dalam agar semi solid, zona buffer dari agar dan antigen terpisah secara vertikal dalam tabung. Garis presipitasi terbentuk dalam zona buffer.
·         Metode difusi ganda
Agar dituang pada plat. Di bagian tengah diisi antigen atau antiserum sedangkan sera atau ekstrak di bagian tepi. Pita presipitasi terbentuk dalam gel pada posisi Ag dan Ab mencapai proporsi optimal setelah berdifusi. Dapat dimodifikasi dengan uji mikrodilusi menggunakan obyek gelas
·         Immunoelektroforesis
Jika terdapat sejumlah Ag dalam larutan seperti serum, sulit memisahkan pita presipitasi yang timbul pada setiap reaksi Ab-Ag, bila hanya menggunakan cara difusi di atas. Komponen serum dipisahkan dengan elektroforesis dalam agar gel dan antiserum dibiarkan berdifusi melalui komponen yang dihasilkan pada pita-pita yang terbentuk.
·         Elektroforesis "roket"
Merupakan metode kuantitatif, dilakukan elektroforesis antigen ke dalam gel yang telah mengandung antibodi. Presipitasi yang terjadi berbentuk roket, panjang masing-masing roket menunjukkan konsentrasi antigen.
·         Immunodifusi  radial tunggal
Antiserum monospesifik ditambahkan ke dalam gel, kemudian dituang pada slide petridisk atau lempeng plastik. Dibuat lubang gel, larutan antigen dimasukkan pada lubang. Terjadi difusi sehingga terbentuk zona sirkuler yang menunjukkan jarak proporsional dengan jumlah antigen yang ditambahkan pada setiap lubang. Kuantitasi antigen yang diperiksa diketahui dari perbandingan cincin presipitasi dibandingkan dengan cincin presipitasi kontrol.

2.     Uji aglutinasi
Digunakan untuk antigen berukuran besar, pada reaksi ini antibodi dikontakkan dengan antigen yang merupakan bagian permukaan suatu material misalnya eritrosit, mikroorganisme atau partikel anorganik (polystyrenelatex) yang telah dicoated dengan Ag. Reaksi Ab-Ag membentuk agregat yang dapat diamati atau aglutinasi.

3.     Uji Litik
Uji ini tergantung pada proses lisis dari darah atau bakteri dari suatu sistem yang mengandung antigen, direaksikan dengan antibodi dan komplemen. Antigen yang digunakan berupa :
a.             Sel (uji litik langsung)
b.            Bahan yang diadsorbsikan pada eritrosit atau lekosit (uji litik tidak langsung)

4.     Serological Inhibition Test
Untuk mendeteksi netralisasi antigen dan antibodi dengan mendemonstrasikan hambatan pada reaksi tertentu yang secara normal terjadi pada antigen atau organisme.
Aplikasi:
-          Deteksi antistreptolisin O
-          Animal protection test
-          Viral haemagglutination inhibition
-          Viral neutralization test menggunakan CPE pada kultur

5.     Immunoflourescence
Cat flourescence atau rhodamin diikatkan pada antibodi tanpa merusak spesifitasnya. Suatu konjugat dikombinasi dengan antigen (misalnya potongan jaringan) dan diikat oleh antibodi akan tampak dengan mikroskop UV, distribusi Ag pada jaringan atau sel

6.     Skin Test
Memanfaatkan reaksi kulit sebagai indikator sistem. Ada dua cara:
·         Pasif, bila antigen dan serum diinokulasikan, misalnya menguji toksin-antitoksin
·         Aktif, bila status immunologik diuji
Skin test digunakan untuk mengetahui adanya:
-          Antibodi terhadap bakteri
-          Reaksi alergi

7.     Antigen Binding Techniques
Metode ini digunakan untuk mengethui level antibodi dengan menentukan kapasitas antiserum dalam kompleks dengan antigen radioaktif, atau dengan mengukur jumlah immunoglobulin yang mengikat larutan antigen yang diberikan. Ada dua macam cara pada metode ini:
-          Radioimmunoassay
-          Teknik sandwich