Ilustrasi : life123.com |
BAB I
PENDAHULUAN
A. Definisi Emulsi
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat yang terdispersi dalam cairan pembawa dan distabilkan oleh zat pengemulsinya atau surfaktan yang cocok ( Farmakope Indonesia Ed.III )
Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak dapat bercampur, biasanya terdiri dari minyak dan air, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain. Dispersi ini tidak stabil, butir – butir ini bergabung ( koalesen ) dan membentuk dua lapisan yaitu air dan minyak yang terpisah yang dibantu oleh zat pengemulsi ( emulgator ) yang merupakan komponen yang paling penting untuk memperoleh emulsa yang stabil .
Semua emulgator bekerja dengan membentuk film ( lapisan ) di sekeliling butir-butir tetesan yang terdispersi dan film ini berfungsi agar mencegah terjadinya koalesen dan terpisahnya cairan dispersi sebagai zat pemisah. Terbentuk dua macam tipe emulsi yaitu tipe M/A dimana tetes minyak terdispersi dalam fase air dan tipe A/M dimana fase intern adalah air dan fase ekstern adalah minyak .
Zat-zat pengemulsi ( Emugator ) yang biasa digunakan adalah PGA, PGS, Gelatin, Tragacantha, Sapo, ammonium kwartener, senyawa kolestrol, Surfaktan seperti Tween dan Span, kuning telur atau merah telur, CMC, TEA, Sabun, dll.
B. Teori Emulsifikasi
Ada 3 teori tentang pembentukan emulsi , yaitu :
1. Teori Tegangan Permukaan
Teori ini menjelaskan bahwa emulsi terjadi bila ditambahkan suatu substansi yang menurunkan tegangan antar muka diantara 2 cairan yang tidak bercampur .
2. Teori Orientasi Bentuk Baji
Teori ini menjelaskan fenomena terbentuknya emulsi dengan dasar adanya kelarutan selektif dari bagian molekul emulgator, ada bagian yang bersifat suka terhadap air atau mudah larut dalam air ( hidrofil ) dan ada bagian yang suka dengan minyak atau larut dalam minyak ( Lifofil ) .
3. Teori Film Plastik
Teori ini menjelaskan bahwa emulgator ini mengendap pada permukan masing-masing butir tetesan fase dispersi dalam bentuk film yang plastis.
( Farmasetika , 180 )
Surfaktan dapat membantu pembentukan emulsi dengan mengabsorpsi antar muka, dengan menurunkan tegangan iterfasial dan bekerja sebagai pelindung agar butir-butir tetesan tidak bersatu. Emulgator membantu terbentuknya emulsi dengan 3 jalan, yaitu :
1.Penurunan tegangan antar muka ( stabilisasi termodinamika ).
2.Terbentuknya film antar muka yang kaku ( pelindung mekanik terhadap koalesen ).
3.Terbentuknya lapisan ganda listrik, merupakan pelindung listrik dari pertikel.
C. Penggunaan Emulsi
Penggunaan Emulsi dibagi menjadi 2 golongan yaitu emulsi untuk pemakaian dalam dan emulsi untuk pemakaian luar.
Emulsi untuk pemakaian dalam meliputi peroral atau injeksi intravena sedangkan untuk pemakaian luar digunakan pada kulit atau membran mukosa yaitu liniment, lotion, krim dan salep.
Emulsi utuk penggunaan oral biasanya mempuyai tipe M/A. Emulgator merupakan film penutup dari minyak obat agar menutupi rasa obat yang tidak enak. Emulsi juga berfaedah untuk menaikkan absorpsi lemak melalui dinding usus. Emulsi parental banyak digunakan pada makanan dan minyak obat untuk hewan dan juga manusia.
Emulsi yang dipakai pada kulit sebagai obat luar bisa dibuat sebagai emulsi M/A atau A/M, tergantung pada berbagai faktor seperti sifat zat terapeutik yang akan dimasukkan ke dalam emulsi, keinginan untuk mendapatkan efek emolient atau pelembut jaringan dari preparat tersebut dan dengan keadaan permukaan kulit. Zat obat yang mengiritasi kulit umumnya kurang mengiritasi jika ada dalam fase luar yang mengalami kontak langsung dengan kulit.
( Ansel , 377 )
D. Pembuatan Emulsi
Dalam membuat emulsi dapat dilakukan dengan 3 metode , yaitu :
1.Metode Gom Basah ( Metode Inggris )
Yaitu dengan membuat mucilago yang kental dengn sedikit air lalu ditambahkan minyak sedikit demi sedikit dengan diaduk cepat. Bila emulsi terlalu kental, ditambahkan air sedikit demi sedikit agar mudah diaduk dan diaduk lagi ditambah sisa minyak. Bila semua minyak sudah masuk ditambahkan air sambil diaduk sampai volume yang dikehendaki. Cara ini digunakan terutama bila emulgator yang akan dipakai berupa cairan atau harus dilarutkan dulu dengan air.
2. Metode Gom Kering
Metode ini juga disebut metode 4:2:1 ( 4 bagian minyak, 2 bagian air dan 1 bagian gom ), Selanjutnya sisa air dan bahan lain ditambahkan. Caranya ialah 4 bagian minyak dan 1 bagian gom diaduk dan dicampur dalam mortir yang kering dan bersih sampai tercampur benar, lalu ditambahkan 2 bagian air sampai terjadi corpus emulsi. Tambahkan sirup dan tambahkan sisa air sedikit demi sedikit, bila ada cairan alkohol hendaklah ditambahkan setelah diencerkan sebab alkohol dapat merusak emulsi .
Dalam hal ini berhubungan dengan sifat-sifat molekul surfaktan mengenal sifat relatif dari keseimbangan HLB ( Hydrophiel-Lyphopiel Balance ). ( Farmasetika , 186-187 )
E. Ketidakstabilan emulsi dapat digolongkan sebagai berikut , yaitu :
1. Flokulasi dan Creaming
Merupakan pemisahan dari emulsi menjadi beberapa lapis cairan, dimana masing-masing lapis mengandung fase dispersi yang berbeda.
2. Koalesen dan pecahnya emulsi ( Craking atau breaking )
Pecahnya emulsi yang bersifat tidak dapat kembali. Penggojokkan sederhana akan gagal untuk mengemulsi kembali butir-butir tetesan dalam bentuk emulsi yang stabil.
3. Inversi adalah peristiwa berubahnya tipe emulsi M/A ke tipa A/M atau sebaliknya .( IMO , 148 )
BAB II
Pembahasan
A. Lotion
1. Definisi
Lotion adalah Sediaan cair berupa suspensi atau dispersi yang digunakan sebagai obat luar dapat berbentuk suspensi zat padat dalam serbuk halus dengan bahan pensuspensi yang cocok , emulsi tipe o/w dengan surfaktan yang cocok.
2. Kegunaan : membersihkanmake-up (rias wajah) dan lemak dari wajah dan leher.
3. Ciri-ciri Lotion :
v Lebih mudah digunakan (penyebaran losio lebih merata daripada krim)
v Lebih ekonoms (Lotio menyebar dalam lapisan tipis)
v Ada 2 jenis Lotio :
- Larutan detergen dalam air
- Emulsi tipe M/A
B. Krim
1. Definisi
Menurut Farmakope Indonesia III definisi Cream adalah sediaan setengah padat berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Dan menurut Farmakope Indonesia IV, Cream adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Sedangkan menurut Formularium Nasional Cream adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi kental mengandung air tidak kurang dari 60 % dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.
2. Penggolongan Krim
Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau disperse mikrokristal asam–asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk pemakain kosmetika dan estetika. Krim dapat juga digunakan untuk pemberian obat melalui vaginal. Ada 2 tipe krim yaitu krim tipe minyak dalam air (m/a) dan krim tipe air dalam minyak (a/m). Pemilihan zat pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang dikehendaki. Untuk krim tipe a/m digunakan sabun polivalen, span, adeps lanae, kolsterol dan cera. Sedangkan untuk krim tipe m/a digunakan sabun monovalen, seperti trietanolamin, natrium stearat, kalium stearat dan ammonium stearat. Selain itu juga dipakai tween, natrium lauryl sulfat, kuning telur, gelatinum, caseinum, cmc dan emulygidum. Kestabilan krim akan terganggu/rusak jika sistem campurannya terganggu, terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi yang disebabkan perubahan salah satu fase secara berlebihan atau zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain. Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui pengencernya yang cocok dan dilakukan dengan teknik aseptic. Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam jangka waktu 1 bulan. Sebagai pengawet pada krim umumnya digunakan metil paraben (nipagin) dengan kadar 0,12% hingga 0,18% atau propil paraben (nipasol) dengan kadar 0,02% hingga 0,05%. Penyimpanan krim dilakukan dalam wadah tertutup baik atau tube ditempat sejuk, penandaan pada etiket harus juga tertera ’’obat luar’’. Cream M/A Biasanya digunakan pada kulit, mudah dicuci, sebagai pembawa dipakai pengemulsi campuran surfaktan. Sistem surfaktan ini juga bisa mengatur konsistensi. Campuran Pengemulsi Yang Sering Dipakai :
Sifat Emulsi M/A Untuk Basis Cream : Dapat diencerkan dengan air. Mudah dicuci dan tidak berbekas. Untuk mencegah terjadinya pengendapan zat maka ditambahkan zat yang mudah bercampur dengan air tetapi tidak menguap (propilen glikol). Formulasi yang baik adalah cream yang dapat mendeposit lemak dan senyawa pelembab lain sehingga membantu hidrasi kulit. Cream A/M Konsistensi dapat bervariasi, sangat tergantung pada komposisi fasa minyak & fasa cair. Cream ini mengandung zat pengemulsi A/M yang spesisifik, seperti : Ester asam lemak dengan sorbitol. Garam– garam dari asam lemak dengan logam bevalensi.
3. Alasan Pembuatan Sediaan Krim
Alasan Pembuatan Alasan pembuatan preparat ini untuk mendapatkan efek emolien atau pelembut jaringan dari preparat tersebut dan keadaan permukaan kulit. Karena emulsi yang dipakai pada kulit sebagai obat luar bisa dibuat sebagai emulsi m/a ( minyak dalam air ) atau emulsi a/m ( air dalam minyak ), tergantung pada berbagai faktor seperti sifat zat terapeutik yang akan dimasukan ke dalam emulsi. Zat obat yang akan mengiritasi kulit umumnya kurang mengiritasi jika ada dalam fase luar yang mengalami kontak langsung dengan kulit. Tentu saja dapat bercampurnya dan kelarutan dalam air dan dalam minyak dari zat obat yang digunakan dalam preparat yang di emulsikan menentukan banyaknya pelarut yang harus ada dan sifatnya yang meramalkan fase emulsi yang dihasilkan . Pada kulit yang tidak luka, suatu emulsi air dalam minyak biasanya dapat dipakai lebih rata karena kulit diselaputi oleh suatu lapisan tipis dari sabun dan permukaan ini lebih mudah dibasahi oleh minyak daripada oleh air. Suatu emulsi air dalam minyak juga lebih lembut ke kulit, karena ia mencegah mengeringnya kulit dan tidak mudah hilang bila kena air. Sebaliknya jika diinginkan preparat yang mudah dihilangkan dari kulit dengan air, harus dipilih suatu emulsi minyak dalam air, harus dipilih suatu emulsi minyak dalam air. Seperti untuk absorpsi, abnsorpsi melalui kulit ( absorpsi perkutan ) bisa ditambah dengan mengurangi ukuran partikel dari fase dalam.
4. Kelebihan menggunakan sediaan cream adalah:
· mudah menyebar rata
· Praktis
· lebih mudah dibersihkan atau dicuci dengan air terutama tipe m/a (minyak dalam air)
· cara kerja langsung pada jaringan setempat
· tidak lengket, terutama pada tipe m/a ( minyak dalam air )
· bahan untuk pemakaian topical jumlah yang diabsorpsi tidak cukup beracun, sehingga pengaruh aborpsi biasanya tidak diketahui pasien.
· aman digunakan dewasa maupun anak– anak.
· Memberikan rasa dingin, terutama pada tipe a/m ( air dalam minyak )
· Bisa digunakan untuk mencegah lecet pada lipatan kulit terutama pada bayi, pada fase a/m ( air dalam minyak ) karena kadar lemaknya cukup tinggi.
· Bisa digunakan untuk kosmetik, misalnya mascara, krim mata, krim kuku, dan deodorant.
· Bisa meningkatkan rasa lembut dan lentur pada kulit, tetapi tidak menyebabkan kulit berminyak.
5. Kekurangan menggunakan Sediaan Krim adalah :
· mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe a/m ( air dalam minyak ) karena terganggu system campuran terutama disebabkan karena perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan atau pencampuran 2 tipe crem jika zat pengemulsinya tidak tersatukan.
· susah dalam pembuatannya, karena pembuatan cream mesti dalam keadaan panas.
· mudah lengket, terutama tipe a/m ( air dalam minyak )
· gampang pecah, disebabkan dalam pembuatan formulanya tidak pas.
· pembuatannya harus secara aseptic
· Pada kulit yang tidak luka, suatu emulsi air dalam minyak biasanya dapat dipakai lebih rata karena kulit diselaputi oleh suatu lapisan tipis dari sabun dan permukaan ini lebih mudah dibasahi oleh minyak daripada oleh air. Suatu emulsi air dalam minyak juga lebih lembut ke kulit, karena ia mencegah mengeringnya kulit dan tidak mudah hilang bila kena air. Sebaliknya jika diinginkan preparat yang mudah dihilangkan dari kulit dengan air, harus dipilih suatu emulsi minyak dalam air, harus dipilih suatu emulsi minyak dalam air. Seperti untuk absorpsi, abnsorpsi melalui kulit ( absorpsi perkutan ) bisa ditambah dengan mengurangi ukuran partikel dari fase dalam.
6. Formulasi dan Metode Pembuatan
Formula pembentuk krim: Krim merupakan sediaan semi solid, berupa emulsi minyak dalam air atau air dalam minyak. Berikut ini adalah bahan–bahan penyusun sediaan krim:
1. Zat berkhasiat Sifat fisika dan kimia dari bahan atau zat berkhasiat dapat menentukan cara pembuatan dan tipe krim yang dapat dibuat, apakah krim tipe minyak dalam air atau tipe air dalam minyak.
2. Minyak Salah satu fase cair yang bersifat nonpolar
3. Air. Salah satu fase cair yang bersifat polar. Untuk pembuatan digunakan air yang telah dididihkan dan segera digunakan setelah dingin.
4. Pengemulsi: Umumnya berupa surfaktan anion, kation atau nonion.pemilihan surfaktan didasarkan atas jenis dan sifat krim yang dikehendaki. Untuk krim tipe minyak–air digunakan zat pengemulsi seperti trietanolaminil stearat dan golongan sorbitan, polisorbat, poliglikol, sabun. Untuk membuat krim tipe air-minyak digunakan zat pengemulsi seperti lemak bulu domba, setil alkohol, stearil alkohol, setaseum dan emulgida.
7. Bahan tambahan; Untuk sediaan semi solid agar peningkatan penetrasi pada kulit:
1. Zat untuk memperbaiki konsistensi Konsistensi sediaan topical diatur untuk mendapatkan bioavabilitas yang maksimal, selain itu juga dimaksudkan untuk mendapatkan formula yang “estetis” dan “acceptable”. Konsistensi yang disukai umumnya adalah sediaan yang dioleskan, tidak meninggalkan bekas, tidak terlalu melekat dan berlemak. Hal yang penting lain adalah mudah dikeluarkan dari tube. Perbaikan konsistensi dapat dilakukan dengan mengatur komponen sediaan emulsi diperhatikan ratio perbandingan fasa. Untuk krim adalah jumlah konsentrat campuran zat pengemulsi.
2. Zat pengawet.
Pengawet yang dimaksudkan adalah zat yang ditambahkan dan dimaksudkan untuk meningkatkan stabilitas sediaan dengan mencegah terjadinya kontaminasi mikroorganisme. Karena pada sediaan krim mengandung fase air dan lemak maka pada sediaan ini mudah ditumbuhi bakteri dan jamur. Oleh karena itu perlu penambahan zat yang dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme tersebut. Zat pengawet yang digunakan umumnya metil paraben 0.12 % sampai 0,18 % atau propil paraben 0,02% - 0,05 %.
3. Pendapar
Pendapar dimaksudkan untuk mempertahankan pH sediaan untuk menjaga stabilitas sediaan. pH dipilih berdasarkan stabilitas bahan aktif. Pemilihan pendapar harus diperhitungkan ketercampurannya dengan bahan lainnya yang terdapat dalam sediaan, terutama pH efektif untuk pengawet. Perubahan pH sediaan dapat terjadi karena: perubahan kimia zat aktif atau zat tambahan dalam sediaan pada penyimpanan karena mungkin pengaruh pembawa atau lingkungan. Kontaminasi logam pada proses produksi atau wadah (tube) seringkali merupakan katalisator bagi pertumbuhan kimia dari bahan sediaan.
4. Pelembab
Pelembab atau humectan ditambahkan dalam sediaan topical dimaksudkan untuk meningkatkan hidrasi kulit. Hidrasi pada kulit menyebabkan jaringan menjadi lunak, mengembang dan tidak berkeriput sehingga penetrasi zat akan lebih efektif. Contoh zat tambahan ini adalah: gliserol, PEG, sorbitol.
5. Pengompleks (sequestering)
Pengompleks adalah zat yang ditambahkan dengan tujuan zat ini dapat membentuk kompleks dengan logam yang mungkin terdapat dalam sediaan, timbul pada proses pembuatan atau pada penyimpanan karena wadah yang kurang baik. Contoh : Sitrat, EDTA, dsb.
6. Anti Oksidan
Antioksidan dimaksudkan untuk mencegah tejadinya ketengikan akibat oksidasi oleh cahaya pada minyak tidak jenuh yang sifatnya autooksidasi, antioksidan terbagi atas : a. Anti oksidan sejati (anti oksigen) Kerjanya: mencegah oksidasi dengan cara bereaksi dengan radikal bebas dan mencegah reaksi cincin. Contoh: tokoferol, alkil gallat, BHA, BHT. b. Anti oksidan sebagai agen produksi. Zat-zat ini mempunyai potensial reduksi lebih tinggi sehingga lebih mudah teroksidasi dibandingkan zat yang lain kadang–kadang bekerja dengan cara bereaksi dengan radikal bebas. Contoh; garam Na dan K dari asam sulfit. c. Anti oksidan sinergis. Yaitu senyawa yang bersifat membentuk kompleks dengan logam, karena adanya sedikit logam dapat merupakan katalisator reaksi oksidasi. Contoh: sitrat, tartrat, EDTA.
7. Peningkat Penetrasi. Zat tambahan ini dimaksudkan untuk meningkatkan jumlah zat yang terpenetrasi agar dapat digunakan untuk tujuan pengobatan sistemik lewat dermal (kulit).
Syarat-syarat:
· Tidak mempunyai efek farmakologi.
· Tidak menyebabkan iritasi alergi atau toksik.
· Bekerja secara cepat dengan efek terduga (dapat diramalkan).
· Dapat dihilangkan dari kulit secara normal.
· Tidak mempengaruhi cairan tubuh, elektrolit dan zat endogen lainnya.
· Dapat bercampur secara fisika dan kimia dengan banyak zat.
· Dapat berfungsi sebagai pelarut obat dengan baik.
· Dapat menyebar pada kulit.
· Dapat dibuat sebagai bentuk sediaan.
· Tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.
Pada umumnya senyawa peningkat penetrasi akan meningkatkan permeabilitas kulit dengan mengurangi tahanan difusi stratum corneum dengan cara merusaknya secara reversible. Contoh; dimetil sulfida (DMSO), zat ini bersifat dipolar, aprotik dan dapat bercampur dengan air, pelarut organik pada umumnya.
8. Metode Pembuatan
1. Metode Pelelehan ( fusion) Zat khasiat maupun pembawa dilelehkan bersama-sama, setelah meleleh diaduk sampai dingin. Yang harus diperhatikan: kestabilan zat khasiat.
2. Metode Triturasi Zat yng tidak larut dicampur dengan sedikit basis, sisa basis ditambahkan terakhir. Di sini dapat juga digunakan bantuan zat organik untuk melarutkan zat khasiatnya. Pada skala industri dibuat dalam skala batch yang cukup besar dan keberhasilan produksi sangat tergantung dari tahap-tahap pembuatan dan proses pemindahan dari satu tahap pembuatan ke tahap yang lain. Untuk menjaga stabilitas zat berkhasiat pada penyimpanan perlu diperhatikan, antara lain: . Kondisi temperatur /suhu . Kontaminasi dengan kotoran . Kemungkinan hilangnya komponen yang mudah menguap.
9. Dasar–dasar proses pembuatan sediaan semi solid (termasuk krim) dapat dibagi:
· Reduksi ukuran partikel, skrining partikel dan penyaringan. Bahan padat
dalam suatu sediaan diusahakan mempunyai ukuran yang homogen. Skrining partikel dimaksudkan untuk menghilangkan partikel asing yang dapat terjadi akibatadanya partikel yang terflokulasi dan aglomerisasi selama proses.
· Pemanasan dan pendinginan Proses pemanasan diperlukan pada saat melarutkan bahan berkhasiat, pencampuran bahan- bahan semisolid pada proses pembuatan emulsi. Pembuatan sediaan semi solid dibutuhkan pemanasan, sehingga pada proses homogenisasi bahan- bahan yang digunakan tidak membutuhkan penanganan yang sulit, kecuali apabila didalam sediaan tersebut ada bahan-bahan yang termolabil.
1. Pencampuran terdiri dari tiga macam:
a. Pencampuran bahan padat. Pada prinsipnya pencampuran bahan padat adalah menghancurkan aglomerat yang terjadi menjadi partikel dengan ukuran yang serba sama.
b. Pencampuran untuk larutan. Tujuan pencampuran larutan didasarkan pada dua tujuan yaitu: adanya transfer panas dan homogenitas komponen sediaan.
c. Pencampuran semi solida. Untuk pencampuran sediaan semi solid dapat digunakan alat pencampuran dengan bentuk mixer planetary dan bentuk sigma blade. Alat dengan sigma blade dapat membersihkan salep/ krim yang menempel pada dinding wadah dan menjamin homogenitas produk serta proses transfer panas lebih baik.
2. Penghalusan dan Homogenisasi. Proses terakhir dari seluruh rangkaian pembuatan adalah penghalusan dan homogenisasi produk semi solid yang telah tercampur dengan baik. Contoh formulasi krim :
BETAMETHASONI CREMOR (krim betametason)
Tiap 10 g mengandung:
· Betamethasonum 20 mg
· Cetomacrogolum-1000 300 mg
· Cetostearylalcoholum 1,2 g
· Paraffinum liquidum 1 g
· Vaselinum album 2,5 g
· Aqua destillata hingga 10 g
Catatan: Betamethasonum sebagai zat berhasiat dari krim ini. Cetomacrogolum-1000, cetostearylalcoholum, paraffinum liquidum, dan vaselinum album. campurannya merupakan fase minyak. Aqua destillata merupakan fase air. Dalam formula ini merupakan krim tipe air–minyak, karena fase minyak bertindak sebagai fase kontinyu dan fase air didispersikan sebagai bola- bola kecil ke seluruh fase kontinyu.
10. Kegunaan Cream/krim :
Kegunaan Cleansing Cream adalah membersihkan make-up (rias wajah) dan lemak dari wajah dan leher. Krim pembersih adalah modifikasi dari cold cream(krim sejuk). Cold cream diformulasi oleh Galen (150 AD), terdiri atas campuran malam lebah, minyak zaitun dan air.
Ada 2 jenis cleansing cream : tipe beeswax-borax dan tipe krim cair.
1. Tipe Emulsi Beeswax-Borax
o Formula populer untuk kim pembersih
o Berwarna putih dan bebas dari butiran
o Mudah mencair dan menyebar pada kulit
o Mengandung mineral oil dalam jumlah besar
o Tipe emulsi M/A Inversi ke Tipe A/M pada kulit
2. Tipe Krim Cair
o Terdiri dari campuran minyak dan malam yang mencair jika dioleskan
o Efek membersihkan sama dengan tipe beeswax-borax
o Dapat ditambahkan emolien untuk meninggalkan lapisan berminyak pada kulit
o Tampilannya tembus cahaya (translucent)
o Untuk membuat tampilannya buram (opaque) ditambah 2 % ZnO, TiO2,Mg stearat, atau Zn stearat
o Ditujukan untuk kulit kering
Pada umumnya sediaan perawatan dan pembersih kulit terdapat dalam bentuk krim atau emulsi, dan yang akan dibicarakan dalam bab ini meliputi :
- Krim Penghapus dan Krim Dasar
- Krim Pembersih dan Krim Pendingin
- Krim Urut dan Krim Pelembut
- Krim Tangan dan Badan.
1. Krim Penghapus dan Krim Dasa
Vanishing and Faundation Cream
v Krim penghapus adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud menghilangkan tatarias wajah, sehingga wajah menjadi bersih dan siap dilekati dengan krim dasar.
v Krim dasar adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud sebagai dasar tatarias wajah.
Bahan : bahan yang digunakan mencakup zat manfaat dan zat tambahan, termasuk parfum dan zat warna.
2. Krim Pembersih dan Krim Pendingin
Cleansing and Cold Cream
v Krim pembersih adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud menghilangkan kotoran yang larut dalam air maupun yang larut dalam minyak secara efisien.
v Krim pendingin adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud memberikan rasa dingin dan nyaman pada kulit.
Ciri khas krim pendingin ialah kandungan airnya relatif banyak yang diikat dalam bentuk emulsi m-a.
Bahan : bahan yang digunakan mencakup zat manfaat dan zat tambahan, termasuk parfum dan zat pengawet.
3. Krim Urut dan Krim Pelembut
Massage and Emollient Creams
v Krim urut dan krim pelembut adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud memperbaiki kulit rusak karena suatu unsur atau bahan misalnya, detergen.
v Biasanya, krim ini tetinggal pada kulit untuk beberapa jam, umumnya semalam. Krim ini tidak boleh digosokkan karena terlalu cepat diabsorpsi melalui kulit. Krim yang tetinggal merupakan lapisan yang tidak boleh telalu ditekan atau cepat hilang karena gesekan dengan kain alas tidur.
v Dasar krim, terutama yang mengandung banyak minyak, yaitu air dalam minyak, krim lembut atau emulsi kental, mudah digunakan tetapi tidak mudah hilang. Krim sepeti ini akan lama tinggal di kulit, sehingga dapat melindungi kulit dan mengurangi penguapan air dari kulit. Makin lama tinggal di kulit makin banyak krim yang diaborpsi. Juga dapat berfungsi sebagai lubrikan dan sebagai emolien.
Bahan : bahan yang digunakan mencakup zat manfaat, antara lain emolien termasuk emolien alami yang larut dalam minyak,pelembab humektan, dan zat tambahan termasuk zat pengawet dan parfum.
4. Krim Tangan dan Badan
Hand and Body Cream
v Krim tangan dan badan adalah sediaan dan kosmetika yang digunakan untuk maksud melindungi kulit supaya tetap halus dan lembut dan kering, bersisik dan mudah pecah.
v Kulit mengeluarkan lubrikan alami yaitu sebum, untuk mempertahankan agar permukaan kulit tetap lembut, lunak dan terlindung. Lapisan sebum dapat menjadi rusak atau hilang jika kulit dicuci atau dicelupkan dalam larutan sabun atau detergen.
v Jika sebum hilang sacara lebih cepat dari pada terbentuknya, kulit menjadi kering dan bersisik. Permukaan kulit dapat pecah, mempermudah masuknya bakteri, dapat terjadi infeksi, akhirnya kulit akan mengeluarkan cairan, jika dibiarkan dapat menyebabkan dermatitis.
v Kulit juga mengandung lapisan lemak yang berfungsi untuk mengontrol penguaan air, kulit juga mengeluarkan cairan pelembab alami. Keseimbangan kandungan kulit air dalam kulit sangat penting untuk diperhatikan.
v Pada umumnya kulit tahan terhadap penggunaan sabun dan air untuk waktu yang tidak terbatas. Kulit tidak tahan jika terus menerus terkena angin atau udara kering, atau terlalu sering dan terus menerus menggunakan sabun atau detergen, kecuali dilindungi dengan cara tertentu.
Biasanya disajikan dalam bentuk krim dan krim cair atau emulsi.
Bahan : bahan yang digunakan mencakup zat emolien, zat sawar (barier), zat penutup untuk kulit yang berpori lebar, zat humektan, zat pengental dan pembentuk lapisan tipis, zat pengemulsi, zat pengawet, parfum, dn zat warna.
(Formularium Kosmetika Indonesia, 1985, 330-357)
F. Contoh Produk
· Caladine Lotion 95 ml
- Indikasi:
Mengobati gatal karena biang keringat, udara panas, gigitan serangga. Juga sebagai antiseptik kulit, astringensia dan anti alergi.
Mengobati gatal karena biang keringat, udara panas, gigitan serangga. Juga sebagai antiseptik kulit, astringensia dan anti alergi.
-Kontra Indikasi:
N/A
N/A
-Deskripsi:
N/A
N/A
Jenis: Botol
Produsen: PT Galenium Pharmasia
Produsen: PT Galenium Pharmasia
maaf tanya apakah produk Satto yang dibahas diatas termasuk produk yang aman bagi muslim? soalnya belum ada label halalnya. terimaksih
ReplyDelete