السبت، 5 نوفمبر 2011

Penularan dan Pencegahan Penyakit Cacingan Pada Anak

            Cacingan merupakan penyakit yang disebabkan oleh berbagai macam infeksi cacing, kita dapat terinfeksi oleh cacing dari berbagai jalur tergantung dari bagainmana mereka tinggal, penularan dan perkembangan penyakit cacingan masih tersebar luas di dunia terutama di negara-negara berkembang seperti di Indonesia yang hingga kini belum dapat teratasi. Kurangnya perhatian masyarakat dalam kebersihan dan kesehatan merupakan salah satu penyebab penyakit ini dapat tersebar luas. Diperkirakan lebih dari 60% anak-anak di Indonesia menderita penyakit infeksi cacing.
            Penularan penyakit cacingan akibat cacing Oxyuris vermicularis masih banyak terdapat  di lingkungan sekitar kita terutama pada anak. Masyarakat harus lebih memperluas pengetahuan tentang pengenalan penyakit enterobiasis, bahaya penyakit enterobiasis, hingga dapat melakukan  pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit enterobiasis serta pemberantasan penyebaran penyakit di masyarakat.



BAB I
PENDAHULUAN


1.1.        Latar belakang

            Penularan dan perkembangan penyakit cacingan masih tersebar luas di dunia terutama di negara-negara berkembang seperti di Indonesia yang hingga kini belum dapat teratasi, di perkirakan lebih dari 60% anak-anak di Indonesia menderita penyakit infeksi cacing.
            Cacingan merupakan penyakit yang disebabkan oleh berbagai macam infeksi cacing, kita dapat terinfeksi oleh cacing dari berbagai jalur tergantung dari bagainmana mereka tinggal.Cacing dapat hidup di tanah, air, maupun darah manusia dan bahkan hewan. Telur cacing juga dapat melekat pada sayur mayur, bila sayur di bersihkan dengan air parit, air sungai, air sawah yang sudah tercemar oleh telur cacing. Ukurannya pun beragam dari yang dapat di lihat secara visual atau harus menggunakan alat bantu, begitu juga dengan daur hidup yang berbeda-beda.
            Kurang pedulinya orang tua tentang penyakit cacingan mejadi contoh faktor penyebab penyakit infeksi cacing dapat menular dari anak yang terjangkit ke anak lain juga kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kebersihan perorangan dan lingkungan. Masih banyak masyarakat yang membuang sisa metabolisme di permukaan tanah, di sungai, di parit, di pematang sawah dan sebagian belum memiliki jamban hal ini di temukan terutama di daerah pelosok. Kurangnya perhatian masyarakat dalam kebersihan dan kesehatan merupakan salah satu penyebab penyakit ini dapat tersebar luas.
           



1.2.    Identifikasi Masalah     
1.2.1.  Apa  yang dimaksud dengan  cacingan?
1.2.2.  Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan cacingan?   
         1.2.3.  Cacing-cacing  apa  yang dapat menyebabkan penyakit?
1.2.4.  Cacing apa yang menyebabkan penyakit enterobiasis?
1.2.5.  Apakah cacing kremi itu?
1.2.6.  Bagaimana klasifikasi dari cacing Oxyuris vermicularis?
1.2.7.  Bagaimana patologi  Oxyuris vermicularis?
1.2.8.  Bagaimana siklus hidup Oxyuris vermicularis?
1.2.9.  Gejala klinis dari enterobiasis?
1.2.10. Diagnosis enterobiasis?
1.2.11. Mengapa anak mudah terserang penyakit enterobiasis?
1.2.12. Bagaimana cara penularan penyakit enterobiasis?
1.2.13. Tersebar dimana sajakah penyakit enterobiasis?
1.2.14. Bagainana cara pencegahan penyakit enterobiasis?
1.2.15. Bagainana pengobatan penyakit enterobiasis?



1.3.        Batasan Masalah
            Berdasarkan identifikasi masalah yang telah disebutkan, karya tulis ini membatasi pada masalah Penularan dan Pencegahan  Penyakit Cacingan yang di sebabkan oleh Oxyuris vermicularis pada anak.

1.4.        Rumusan Masalah
            Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah tersebut, karya tulis ini dirumuskan  permasalahannya pada penularan dan pencegahan penyakit cacingan akibat cacing Oxyuris vermicularis.

1.5.    Tujuan Penelitian
         Tujuan pembuatan karya tulis ini adalah untuk memberikan pengetahuan tentang pengenalan penyakit enterobiasis, diagnosis penyakit enterobiasis, patologi penyakit enterobiasis, bahaya penyakit enterobiasis, pencegahan penyakit enterobiasis,dan pengobatan penyakit enterobiasis serta dapat mengurangi penyebaran penyakit di masyarakat.

1.6.    Metode Penelitian
         Dalam pembuatan karya tulis ini metode penelitian yang di gunakan oleh penulis adalah :
§  Studi  lapangan dengan melakukan kuesioner dan wawancara
§  Studi pustaka dengan mencari dan mengambil materi dari referensi buku dan internet.

1.7.    Manfaat penelitian
Memberikan pengetahuan tentang bahaya penularan dan pengobatan penyakit akibat cacing Oxyuris vermicularis serta mengurangi terjadinya penyakit di masyarakat terutama pada anak .

1.8.    Sistematika Penulisan
            Karya tulis ini terdiri atas enam bab. Bab I Pendahuluan yang mencakup : latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, metode penelitian, tujuan penulisan, sistematika penulisan. Bab II Cacingan yang mencakup : oengenalan infeksi cacing ,pengertian cacingan, cacing penyebab penyakit, cacing penyebab enterobiasis, klasifikasi Oxyuris vermicularis, siklus hidup  Oxyuris vermicularis, patologi enterobiasis, gajala klinis enterobiasis,  diagnosis penyakit dan  penularan penyakit. Bab III Penanggulangan penyakit enterobiasis yang mencakup : upaya pencegahan terhadap penyakit enterobiasis dan pengobatan yang dapat di lakukan untuk penyakit enterobiasis. Bab IV Metodologi penelitian yang mencakup : studi pustaka  , kuesioner dan wawancara. Bab V Interprestasi dan pengolahan data yang mencakup  : cara pengambilan sampel, cara pengolahan sampel, hasil rata-rata dari penelitian  dan Bab VI Penutup yang mencakup : kesimpulan dan saran.






BAB II
 PENYAKIT CACINGAN


2.1. Pengenalan infeksi cacing


          2.1.1.Pengertian cacingan
         
            Cacingan adalah penyakit yang disebabkan oleh jenis cacing-cacing khusus yang ditularkan melalui tanah dan sarana penularan lainnya. Tempat bersarang cacing-cacing ini di dalam tubuh manusia pun berbeda, ada yang bersarang di usus halus seperti cacing gelang dan cacing tambang. Ada juga yang bermukim di usus besar seperti cacing cambuk.
Cacingan merupakan penyakit khas daerah tropis dan sub-tropis, dan biasanya meningkat ketika musim hujan. Pada saat tersebut, sungai dan kakus meluap, dan larva (masa hidup setelah telur) cacing menyebar ke berbagai tempat yang sangat mungkin dapat bersentuhan dan masuk ke dalam tubuh manusia. Larva cacing yang masuk ke dalam tubuh perlu waktu 1-3 minggu untuk berkembang. Manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus. Sebagian besar nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan.


2.1.2.Cacing penyebab penyakit

            Penyakit infeksi cacing dapat di sebabkan oleh beberapa jenis cacing, dintaranya adalah  Ascaris lumbricoides yang menyebabkan askariasis, Necator americanus dan Ancylostoma duodenale yang menyebabkan necatoriasis dan anchilostomiasis, Enterobius vermicucularis yang menyebabkan enterobiasis, Trichuris trichiura (Trichocephalus dispar, cacing cambuk) yang menyebabkan trichuriasis, Strongyloides stercoralis yang menyebabkan strongiloidiasis Trichinella spiralis (Trichina worm, cacing trichina) yang menyebabkan, Toxocara canis (dog worm) dan Toxocara cati (cat worm) umunya menginfeksi hewan (anjing dan kucing) tapi kadang-kadang cacing ini dapat hidup pada manusia sebagai parasit yang mengembara(erratic parasit) yang menyebabkan penyakit viceral larva migrans, Ancylostoma braziliense dan Ancylostoma caninum yang menyebabkan creeping eruption pada manusia  dan cacing-cacing jenis lain yang dapat menginfeksi manusia .


2.2. Cacing penyebab enterobiasis
           
             Enterobiasis merupakan suatu infeksi cacing yang disebabkan oleh cacing Oxyuris vermicularis( Enterobius vermicularis ,seatworm atau pinworm)atau yang biasa disebut cacing kremi. Manusia adalah satu-satunya hospes Oxyuris vermicularis  cacing ini umumnya menyerang anak-anak yang kebersihan diri dan lingkungannya  kurang di perhatikan.penyakit ini lebih sering di temukan di daerah dingin dari pada di daerah panas. Hal ini mungkin terjadi karena pada umumnya orang di daerah dingin jarang mandi dan mengganti baju dalam.


2.2.1.Klasifikasi Oxyuris vermicularis

                  Kingdom : Animalia
                  Filum        : Nematoda
                  Class        : Secernentea
                  Subclass             : Spiruria
                  Ordho       : Oxyurida
                  Familly     : Oxyuridae
                  Genus      : Enterobius
                  Species    :
·   Enterobius vermicularis (Linnaeus, 1758)[1]
·   Enterobius anthropopitheci (Gedoelst, 1916)[1]
·   Enterobius gregorii (Hugot, 1983) (disputed)


2.2.2. Morfologi enterobiasis

Cacing dewasa berukuran kecil dan berwarna putih. Ukuran  cacing betina 3-13mm x 0,4 mm. Pada ujung anterior terdapat alae atau ada pelebaran kutikulum yang  berbentuk seperti sayap . Bulbos esofagus jelas terlihat, ekor panjang dan runcing.Uterus cacing yang gravid melebar dan penuh dengan telur.Cacing jantan berukuran 2-5mm,juga mempunyai sayap dan ekornya melingkar ingá berbentuk seperti tanda tanya(?). Makanannya adalah isi dari usus.
Cacing betina dapat bertelur sebanyak 11.000-15.000 telur setiap hari selama 2-3 minggu. Ukuran telur micron. Telur berbentuk asimetrik dan tidak berwarna/bening ,dinding telur bening dan agak tebal.

  
2.2.3.Siklus hidup  Oxyuris vermicularis

Telur oleh cacing betina diletakkan di daerah sekitar perianal dan perineal , dalam waktu 6 jam telur menjadi infektif untuk manusia lain, selain itu dapat pula terjadi auto infeksi dan retroinfeksi terhadap diri penderita. Telur dapat tertelan bersama makanan, melalui udara atau secara langsung masuk ke mulut. Telur menetas di dalam duodenum. Larva rabditiform kemudian akan tumbuh menjadi cacing dewasa di jejunum dan ileum. Menjadi  cacing dewasa kemudian berkopulasi. Cacing jantan akan mati dan cacing betina yang gravid akan meletakkan telurnya di sekitar sekum. Setelah bertelur cacing betina akan mati. Lama siklus hidup 2-8 minggu.



2.2.4.Gajala klinis enterobiasis
              
Gejala yang di sebabkan yaitu iritasi di sekitar sekum,perineal dan vagina yang di karenakan cacing btina yang gravid bermigrasi ke daerah perineal dan vagina   hingga menyebabkan pruritus (rasa gatal) lokal, karena cacing bermigrasi ke daerah anus menyebabkan pruritus ani, maka penderita akan menggaruk daerah sekitar anus hingga timbul luka garuk di sekitar anus. Hal ini sering terjadi di malam hari sehingga tidur penderita terganggu dan merasa lemah.
 Kadang-kadang cacing dewasa muda dapat bergerak ke usus halus bagian proksimal sampai ke lambung, esofagus, dan hidung sehingga menyebabkan gangguan di daerah tersebut. Cacing gravid betina mengembara dan dapat bersarang di vagina dan di tuba fallopii hingga menyebabkan radang disaluran telur. Cacing juga sering di temukan di daerah apendiks tetapi jarang menyebabkan apendisitis.Kadang kurang nafsu makan juga di alami oleh penderita.



2.3. Diagnosis penyakit

               Diagnosis dilakukan dengan menemukan telur dan cacing dewasa pada penderita. Cacing kremi dapat dilihat dengan mata telanjang pada anus penderita, terutama dalam waktu 1-2 jam setelah anak tertidur pada malam hari. Cacing kremi berwarna putih dan setipis rambut, mereka aktif bergerak.
Telur maupun cacingnya bisa didapat dengan alat anal swab yang di tempelkan di sekitar anus pada waktu pagi hari sebelum anak buang air besar. Anal swab adalah suatu alat dari batang gelas atau spatel lidah yang pada ujungnya di lekatkan Schotch adhesive tape.Bila adhesive tape ini di tempelkan di daerah sekitar anus, telur cacing akan menempel pada perekatnya.Kemudian adhesive tape diratakan pada kaca benda dan di bubuhi sedikit toluol untuk pemeriksaan mikroskopik.Sebaiknya pemeriksaan dilakukan tiga hari berturut-turut.Cacing jantan jarang sekali ditemukan karena akan mati setalah berkopulasi.


2.4. Penularan penyakit   
           
Cara penularan infeksi enterobiasis dapat terjadi melalui 3 jalan yaitu :

1.    Penularan melalui tangan ke mulut setelah menggaruk bagian sekitar sekum(anus), tangan dapat menyebarkan telur kepada diri sendiri (Auto infeksi) atau tangan dapat menyebarkan telur kepada orang lain karena memegang pakaian maupun benda-benda lain yang terkontaminasi,
2.    Penularan melalui pernapasan. Melalui perantara debu karena debu mudah tertiup oleh angin dan tertelan,
3.    Retroinfeksi melalui anus yaitu larva telur yang telah menetas di daerah perianal masuk kembali ke sekum.




§    Penularan sangat sering terjadi pada anak-anak yang suka bermain tanah atau pada anak yang jarang mencuci tangan sebelum makan. Anak yang sebelumnya tidak tenderita enterobiasis dapat tetular oleh anak yang menderita enterobiasis melalui barang-barang atau tangan temannya yang terkontaminasi.

BAB III
 PENANGGULANGAN PENYAKIT ENTEROBIASIS


                        Upaya pencegahan terhadap penyakit enterobiasis

            Sangat penting untuk menjaga kebersihan pribadi. Langkah-langkah umum yang dapat dilakukan untuk mengendalikan infeksi cacing kremi adalah:


1.    Mencuci tangan setelah buang air besar dan sebelum menyiapkan       makanan,
2.    Memotong kuku dan menjaga kebersihan kuku,
3.    Pakaian dalam dan seprei penderita sebaiknya dicuci sesering mungkin,
4.    Mencuci jamban setiap hari,
5.    Menghindari penggarukan daerah anus karena bisa mencemari jari-jari tangan dan pada setiap benda yang dipegang atau disentuhnya,
6.    Menjauhkan tangan dan jari tangan dari hidung dan mulut,
7.    Mangkonsumsi obat cacing secara berkala.


3.9. Pengobatan yang dapat di lakukan untuk penyakit enterobiasis
           
            Infeksi enterobiasis atau cacing kremi dapat disembuhkan melalui pemberian obat anti-parasit seperti mebendazole, piperazin, albendazole atau pirantel pamoat dosis tunggal. Obat piperazin dosis tunggal 3-4gram(dewasa) atau 25mg/kg berat badan (anak-anak), sangat efektif jika diberikan dipagi hari. Efek samping yang mungkin terjadi pada obat piperazin adalah mual dan muntah. Pirantel pamoat dosis 10mg/kg berat badan. Mebendazol dosis tunggal 100mg atau albendazole dosis tunggal 400mg.
 Mebendazol efektif terhadap semua stadium perkembangan cacing kremi, sedangkan pirantel dan piperzin dosis tunggal tidak efektif pada stadium muda.
Sebaiknya pengobatan diulangi lagi 2-3 minggu kemudian, Seluruh anggota keluarga dalam satu rumah harus menkonsumsi obat. Untuk mengurangi rasa gatal, bisa dioleskan krim atau salep anti gatal ke daerah sekitar anus sebanyak 2-3 kali/hari. Meskipun telah diobati, sering terjadi infeksi ulang karena telur yang masih hidup terus dibuang ke dalam tinja selama seminggu setelah pengobatan. Pakaian, seprei dan mainan anak sebaiknya sering dicuci untuk memusnahkan telur cacing yang tersisa.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
                 4.1  Kuesioner dan wawancara
                 4.2  Penelitian di laboratorium Parasitologi
BAB V INTERPRESTASI DAN PENGOLAHAN DATA
                 5.1Cara pengambilan sampel
                 5.2Cara pengolahan sampel
                 5.3Hasil rata-rata dari penelitian

BAB VI PENUTUP 

 6.1Kesimpulan

      Berdasarkan hasil penelitian pernulis mengambil kesimpulan bahwa anak-anak di Indonesia masih rentan terhadap penularan infeksi cacing kremi(Oxyuris vermicularis) dan perhatian orang tua terhadap penyakit akibat infeksi cacing pada anak dan keluarga masih belum optimal hingga penyebaran penyakit masih luas.


 6.2Saran

            Dari kesimpulan di atas disarankan untuk mengkonsumsi obat anti cacing secara rutin untuk seluruh keluarga dan meningkatkan kebersihan diri dan lingkungan sekitar, serta diperlukan adanya penyuluhan untuk mendukung pemberantasan penyakit tersebut.

Daftar pustaka


§  Staf Pengajar Bagian Parasitologi FKUI. 1998. Parasitologi Kedokteran. Edisi Ketiga, Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

§  http://wapedia.mobi/id/Cacing_kremi catatan kaki ^ Hasegawa et al. 2005.

§  http://denfirman.blogspot.com/2010/10/oksiuriasis-enterobiasis.html


by Galuh Fatwa, AMAK

0 Post a Comment:

إرسال تعليق