Ilustrasi : padhangwengi.blogspot.com
Satu hal yang cukup mewakilkan tentang keadaan ibu pertiwi saat, jika pahlawan-pahlawan bangsa saat ini masih hidup, tentulah dia akan ikut menangis melihat wajah ibu pertiwi yang selalu bersedih. Wajah ibu pertiwi seakan selalu mengalami tamparan-tamparan keras oleh masalah-masalah dan aib-aib yang banyak terjadi pada bangsa. Kasus-kasus bangsa yang kronis hingga yang tak pernah terselesaikan selalu menjadi titik pencorengan buruk nama baik ibu pertiwi. Sebenarnya banyak sekali nilai-nilai perjuangan pahlawan yang telah kita abaikan. Apakah begitu rusak dan tak tahu berterimakasihnyakah kita kepada para pahlawan. Mengapa seakan-akan kita hanya mencoreng dan merusak nama baik ibu pertiwi.
Padahal pahlawan-pahlawan Indonesia telah berjuang dengan segenap harta, darah dan jiwanya untuk mengusir penjajah yang bengis dan kejam. Namun lihat apa yang dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk mengenang jasa-jasa pahlawannya. Mari kita melihat contoh kecil dari peringatan akan jasa-jasa pahlawan bangsa ini : setiap tanggal 17 Agustus selalu diperingati oleh perayaan-perayaan yang tidak mencerminkan simbol-simbol penghormatan dan pengenangan akan jasa-jasa para pahlawan, akan tetapi kita akan melihat bagaimana seremoni berjoget-joget, bapak-bapak menggunakan daster (seperti bukan laki-laki), lomba makan kerupuk, dan lain sebagainya. Dari sisi mana yang mewakilkan penghormatan dan penghargaan terhadap para pahlawan. Lalu apa manfaat dari semua itu untuk bangsa.
Apakah ini adalah cerminan dari budaya dan kebiasaan bangsa di bumi pertiwi ini? Melakukan hal-hal tidak bermanfaat, menghabiskan waktu, menghabiskan biaya yang tidak sedikit, dan pembuatan lalai kepada anak-anak bangsa. Bukankah saat ini pahlawan kita lebih membutuhkan doa dari masayarakat indonsia yang terkenal dengan nilai-nilai religiusnya. Bayangkan apakah menyelenggarakan acara demikian hanya dengan biaya yang tidak sedikit ini mampu mendatangkan manfaat dan telah menjadikan grafik peningkatan kualitas bangsa? Ini seperti fenomena kebanyakan saat ini mengeluarkan biaya yang banyak namun nihil dari manfaat.
Lihatlah wajah ibu pertiwi ini, harta yang melimpah ruah dan melimpah tidaklah menjamin kesejahteraan rakyatnya. Kita lihat contoh yang lain seperti masih banyaknya sebagian masyarakat yang hartanya digunakan untuk membeli rokok. Apa manfaat dari rokok dibanding ia harus memenuhi kebutuhan keluarganya. Karena kebodohan atau menghilangkan akal sehat dengan sejuta kerugian dan perusakan terhadap bangsa yang dilakukan oleh makhluk jahat 10 cm ini. Padahal untuk makan saja susah, tapi masih disempatkan dan memperjuangkan untuk membeli rokok.
Sekarang kita renungkan bagaimana wajah ibu pertiwi tidak selalu bersedih jika bangsa ini selalu dibuai oleh hal-hal yang tidak bermanfaat. Coba bandingkan dengan Negara maju lainnya yang tidak pernah menyia-nyiakan sedikitpun dari waktu mereka. Waktu kosong minimal diisi dengan membaca buku.
Implementasi dari kekosongan waktu yang tidak digunakan dengan bermanfaat adalah berimbas pada pemikiran-pemikiran menyimpang untuk mendapatkan sesuatu secara praktis dan ego masing-masing. Sehingga banyak kita temui orang-orang yang melakukan pengrusakan dan merugikan orang lain demi kepentingan pribadi. Ambillah contoh dari kasus-kasus korupsi, kejahatan-kejahatan, menurunya moral bangsa seakan-akan telah mewakilkan murungnya wajah ibu pertiwi yang mendarah daging di bangsa ini.
Lihatlah anak-anak muda penerus bangsa. Bagaimana ia akan membuat wajah ibu pertiwi tersenyum jika kerjaanya hanya menghabiskan waktu pada hiburan-hiburan, televisi, dan kegiatan-kegiatan di pinggir jalan yang tidak bermanfaat.
Bangsa Indonesia saat ini akan sulit bangkit dari tidurnya jika selalu terlena oleh musuh-musuh bangsa yang tidak bisa diberantas kecuali menghilangkan terlebih dahulu penyakit kronisnya, yaitu kebodohan, penyia-nyiaan harta dan waktu untuk hal-hal yang tidak berguna.
Sebenarnya banyak kesalahan dari kita adalah kurang perhatiannya terhadap pemanfaatan waktu. Coba lihatlah orang-orang yang sukses, hampir rata-rata prinsip mereka adalah sangat memperhatikan dan tidak menyia-nyiakan waktu yang mereka miliki. Bahkan ada orang bijak yang mengatakan “Kalau waktu orang-orang yang duduk-duduk di pinggir jalan -yang menghabiskan waktu tidak berguna- itu bisa dibeli, maka akan saya beli semuanya”
Mari kita lihat dan renungi kesalahan kita masing-masing. Bangkit dan perbaiki mulai dari pribadi sendiri, keluarga, saudara, teman, dan masyarakat. Kita harus menemukan jatidiri bangsa ini. Ada pepatah mengatakan mulailah dari diri sendiri lalu orang di sekitar kita.
0 Post a Comment:
إرسال تعليق