image source : mtlaworld |
Resistensi adalah suatu sifat tidak terganggunya kehidupan sel mikroorganisme oleh antibiotika (Setiabudy dan Gan, 1987:514).
Resistensi atau kepekaan sebenarnya bukanlah sifat yang mutlak tetapi bisa juga perubahan pada penggunaan konsentrasi antibiotika. Sifat ini merupakan mekanisme yang alamiah untuk bertahan hidup. Sifat resistensi bakteri terhadap antibiotika yang terdapat pada gen maka dikenal dengan resistensi yang disebabkan non-genetik atau disebabkan genetik.
Penyebab resistensi secara umum adalah sebagai berikut :
1. Penyebab non-genetik
2. Penyebab genetik
a. Resistensi kromosal
b. Resistensi ekstrakromosal
• Plasmid
Faktor R (Gen Resisten)
Faktor F (Fili Sex)
Toksin
• Bakteri sferoplas yang telah kehilangan dinding selnya maka akan resisten terhadap antibiotik yang merusak dinding sel seperti penisilin dan sefalosporin. Ini terjadi karena bakteri telah berubah strukturnya sehingga bakteri sebagai target antibiotik menjadi tidak cocok.
Contoh : Bakteri Streptococcus pneumoniae merubah struktur ribosomnya sehingga tidak dicocok lagi sebagai target antibiotik eritromisin
b. Resistensi ekstrakromosomal
Resistensi ekstrakromosomal sering disebut plasmid. Plasmid adalah molekul DNA yang bulat/ sirkuler. Ciri-ciri plasmid :
1. Kira-kira memepunyai berat 1-3% dari kromosom bakteri
2. Berada bebas dalam sitoplasma bakteri
3. Adakalanya dapat bersatu ke dalam kromosom bakteri
4. Dapat melakukan replikasi sendiri secara otonom
5. Dapat pula berpindah atau dapat dipindahkan dari spesies ke spesies lain
Beberapa contoh dari plasmid adalah :
Faktor R (Gen Resisten)
Faktor R adalah satu golongan plasmid yang membawa gen-gen resisten terhadap satu atau lebih antibiotik. Gen dalam plasmid yang sering kali menyebabkan resistensi obat dengan memproduksi enzim-enzim yang dapat merusak daya kerja obat.
Contoh : Bakteri Staphylococcus aureus pada gennya mengandung faktor R yang terdapat gen untuk replikasi mengatur sintesis protein yang mengkode enzim enzim β-laktamase yang dapat merusak struktur β-laktam pada penisilin.
Faktor F (Fili Sex)
Bakteri Gram negatif umumunya memiliki fili pada struktur tubuhnya. Fili merupakan rambut pendek dan keras di sekililing bada sel bakteri Fili terdiri dari subunit-subunit protein. Terdapat dua jenis fili :
1. Fili yang memegang peranan dalam adhesi kuman dengan tubuh hospes
2. Fili seks, yaitu fili yang berfungsi dalam konjugasi 2 sel bakteri.
Fili seks inilah yang berperan dalam konjugasi terhadap bakteri lain dan memberikan gen resisten pada suatu antibiotik.
Contoh : E. coli, Salmonella, Shigella, Klebsiella, Serratia, Vibrio cholerae dan Pseudomonas dengan cara konjugasi memberikan gen resisten melalui fili sex sehingga resisten pada aminoglikosida, tetrasiklin, kloramphenikol dan penisilin.
Toksin
2. Penyebab genetik
1. Penyebab non-genetik
Beberapa toksin dari bakteri merupakan produk dari plasmid sehingga toksin yang dihasilkan bakteri menghambat antibiotik untuk bekerja membunuh bakteri.
Resistensi genetik yaitu suatu keadaan mikroorganisme yang semula peka terhadap suatu antibiotik pada suatu saat dapat berubah sifat genetiknya menjadi tidak peka atau memerlukan konsentrasi yang lebih besar. Perubahan ini karena gen bakteri mendapatkan elemen genetik yang terbawa sifat resistensi. Yaitu resistensi bakteri yang terjadi karena perubahan genetik meliputi kromosom maupun ekstra kromosom. Perubahan genetik dapat ditransfer atau dipindahkan dari satu spesies bakteri ke spesies lainnya melalui berbagai mekanisme.
Resistensi non-genetik adalah suatu keadaan bakteri pada stadium istirahat, sehingga bakteri tidak peka terhadap antibiotik. Atau dengan kata lain, antibiotik yang bekerja untuk membunuh bakteri pada saat aktif pembelahan maka populasi bakteri yang tidak berada pada fase pembelahan akan relatif resisten terhadap antibiotik tersebut. Resistensi non-genetik umumnya terjadi karena perubahan pada pertahanan tubuh bakteri itu sendiri atau perubahan struktur bakteri sehingga tidak sesuai lagi sebagai target antibiotik.
Contohnya : Pada kasus diare yang disebabkan bakteri Escherichia coli pemberian antibiotik justru memperparah diare karena Escherichia coli yang menghasilkan toksin enteroksigenik sehingga antibiotik sendiri bisa menyebabkan diare dan mendorong timbulnya bakteri yang resisten.
a. Resistensi kromosomal
Contoh :
Resistensi kromosomal bakteri terhadap antibiotik dapat terjadi karena adanya mutasi DNA yang mengontrol kecocokan (susceptibility) terhadap obat tertentu. Resistensi bakteri terhadap antibiotik yang mempunyai sebab genetik kromosal terjadi secara spontan, misalnya karena terjadi mutasi spontan terhadap lokus DNA (Deoksi Nukleat Acid) yang mengontrol kecocokan (susceptibility) terhadap antibiotik tertentu.
• Bakteri Tuberkulosis yang menginfeksi di dalam jaringan yang tidak membelah aktif pada saat pemberian antibiotik sehingga terjadi mekanisme pertahanan tubuh bakteri maka akan resisten terhadap antibiotik tersebut. Lalu karena suatu hal maka diberikan kortikosteroid yang menyebabkan daya tahan bakteri menurun sehingga bakteri yang tadi belum membelah aktif lalu memebelah aktif lagi sehingga antibiotik dapat membunuh bakteri Tuberkulosis.
0 Post a Comment:
Post a Comment