Saturday, December 28, 2013

Elektrolit Natrium

Natrium adalah kation terbanyak dalam cairan ekstrasel, jumlahnya bisa mencapai 60 mEq per kilogram berat badan dan sebagian kecil (sekitar 1014 mEq/L) berada dalam cairan intrasel. Lebih dari 90% tekanan osmotik di cairan ekstrasel ditentukan oleh garam yang mengandung natrium, khususnya dalam bentuk natrium klorida (NaCl) dan natrium bikarbonat (NaHCO3) sehingga perubahan tekanan osmotik pada cairan ekstrasel menggambarkan perubahan konsentrasi natrium. Perbedaan kadar natrium intravaskuler dan interstitial disebabkan oleh keseimbangan GibbsDonnan, sedangkan perbedaan kadar natrium dalam cairan ekstrasel dan intrasel disebabkan oleh adanya transpor aktif dari natrium keluar sel yang bertukar dengan masuknya kalium ke dalam sel (pompa Na+ K+). Jumlah natrium dalam tubuh merupakan gambaran keseimbangan antara natrium yang masuk dan natrium yang dikeluarkan. Pemasukan natrium yang berasal dari diet melalui epitel mukosa saluran cerna dengan proses difusi dan pengeluarannya melalui ginjal atau saluran cerna atau keringat di kulit. Pemasukan dan pengeluaran natrium perhari mencapai 48-144 mEq. Jumlah natrium yang keluar dari traktus gastrointestinal dan kulit kurang dari 10%. Cairan yang berisi konsentrasi natrium yang berada pada saluran cerna bagian atas hampir mendekati cairan ekstrasel, namun natrium direabsorpsi sebagai cairan pada saluran cerna bagian bawah, oleh karena itu konsentrasi natrium pada feses hanya mencapai 40 mEq/L4.  Keringat adalah cairan hipotonik yang berisi natrium dan klorida. Kandungan natrium pada cairan keringat orang normal rerata 50 mEq/L. Jumlah pengeluaran keringat akan meningkat sebanding dengan lamanya periode terpapar pada lingkungan yang panas, latihan fisik dan demam. Ekskresi natrium terutama dilakukan oleh Pengaturan eksresi ini dilakukan untuk mempertahankan homeostasis natrium, yang sangat diperlukan untuk mempertahankan volume cairan tubuh. Natrium difiltrasi bebas di glomerulus, direabsorpsi secara aktif 60-65% di tubulus proksimal bersama dengan H2O dan klorida yang direabsorpsi secara pasif, sisanya direabsorpsi di lengkung henle (25-30%), tubulus distal (5%) dan duktus koligentes (4%). Sekresi natrium di urine <1%. Aldosteron menstimulasi tubulus distal untuk mereabsorpsi natrium bersama air secara pasif dan mensekresi kalium pada sistem renin-angiotensin-aldosteron untuk mempertahankan elektroneutralitas.9,11,13-17 Nilai Rujukan Natrium5,18 Nilai rujukan kadar natrium pada: - serum bayi    : 134-150 mmol/L - serum anak dan dewasa : 135-145 mmol/L - urine anak dan dewasa   : 40-220 mmol/24 jam - cairan serebrospinal   : 136-150 mmol/L - feses     2. Fisiologi Kalium : kurang dari 10 mmol/hari

Saturday, December 21, 2013

Pemeriksaan Serologi


Pemeriksaan serologik sering dilakukan sebagai upaya menegakkan diagnosis. Walaupun saat ini pemeriksaan serologik tidak terbatas pada penyakit infeksi, namun untuk menunjang diagnosis penyakit infeksi memang hal yang sering dilkukan. memungkinkan dilakukannya pengamatan secara in vitro terhadap perubahan kompleks antigen-antibodi (Ag-Ab). Pengujian tersebut berdasar pada proses presipitasi atau aglutinasi atau aktivasi komplemen yang diakibatkan oleh perubahan status fisik kompleks.
           
Reaksi antigen-antibodi secara in vitro dapat dimanfaatkan untuk:
1.     Identifikasi antigen
Apabila antigen tidak diketahui, misal :
a.     Reaksi presipitin untuk mengklasifikasi grup streptokokus
b.    Reaksi aglutinasi untuk mengklasifikasi serotipe salmonella, shigella
c.     Reaksi presipitin untuk mengidentifikasi antigen variola pada lesi smallpox

2.     Deteksi kuantitasi antibodi yang disekresi pada serum, air susu, dan cairan tubuh lainnya. Pada kasus ini antibodi tidak diketahui. Pemeriksaan antibodi dapat digunakan untuk:
a.     Menilai imunitas terhadap rubella, mumps, poliomyelitis
b.    Menilai prevalensi infeksi oleh mikroorganisme dalam suatu komunitas atau survei serologik pada kelompok umur
c.     Mendeteksi jaringan yang diinvasi suatu mikroorganisme, mis: Haemophilus influenza pada bronkitis kronis atau antibodi E. coli pada infeksi traktus urinarius.
d.    Mendiagnosa penyakit, misalnya: brucellosis, tifoid, VD, DHF, dsb

Pada pemeriksaan terhadap spesimen serum tunggal, konklusi yang dapat dibuat sangat terbatas, mengingat bahwa banyak kasus antibodi dapat distimulasi setiap saat, tidak selalu berkaitan dengan penyakit yang sedang terjadi.

Sebaiknya dilakukan pemeriksaan tehadap 2 sera, satu dikoleksi pada saat penyakit timbul, dan yang lain 10-14 hari brikutnya. Kenaikan titer antibodi spesifik sampai 4 kali lipat spesimen uji, merupakan indikasi signifikan yang menunjukkan bahwa sedang terjadi infeksi aktif.



Faktor-faktor  penting yang harus diperhatikan pada uji serologi
1.     serum kontrol: dalam hal ini harus diperhatikan beberapa sifat serum kontrol
-          sifat antikomplementer
-          tidak memiliki inhibitor spesifik
-          tidak toksik terhadap kultur sel
-          memiliki aglutinin
-          dapat menghasilkan presipitat non spesifik
2.     Kontrol antigen: antigen yang digunakan harus memiliki aktivitas tinggi. Antigen dapat bersifat antikomplementer, oto-aglutinasi, dan mungkin terkontaminasi, hal-hal tersebut dapat berpengaruhpada pengujian.
3.     Kontrol pelarut: pelarut yang digunakan ada kemungkinan terkontaminasi, hal ini dapat menyebabkan terjadi perubahan pH, efek toksisk, dsb.
4.     Antisera standar: antigen cenderung tidak stabil pada penyimpanan dibanding sera, kontrol uji untuk standar sera negatif  dan standar sera positif yang telah diketahui titernya


REAKSI ANTIGEN-ANTIBODI YANG DIGUNAKAN PADA SEROLOGI DIAGNOSTIK

1.     Uji Presipitasi

Presipitasi terjadi antara molekul Ab dan Ag pada bentuk solubel. Pada pengujian ini antigen berbentuk koloidal. Laju presipitasi sangat tergantung pada proporsi antigen dan antibodi pada campuran. Terdapat beberapa cara pengujian pada metode presipitasi, yakni:

a.             Uji tabung
Dengan mencampur pada tabung, masukkan dilusi antigen atau antibodi dengan jumlah tertentu. Dilusi dilakukan dari konsentrasi tinggi (tabung pertama) sampai konsentrasi terendah (tabung terakhir). Presipitat timbul pada tabung yang mengandung Ag dan Ab secara proporsional.
b.            Presipitasi Cincin
Antigen dilapiskan pada serum (antibodi), terjadi difusi setelah mencapai ikatan proporsional dengan antibodi akan menghasilkan presipitasi berbentuk cincin.
c.             Difusi Gel
Pada pengujian ini memungkinkan antigen dan antubodi berdifusi perlahan dari arah tertentu melalui gel. Pada cara ini homogenitas dan derajat kemurnian dari berbagai antigen dapat diuji. Pita presipitasi terbentuk pada setiap antigen dapat saling bertemu, atau bersilangan menunjukkan:
-          bersambungan, antigen identik secara imunologik (terhadap serum uji)
-          bercabang, antigen berhubungan sebagian
-          bersilangan, menunjukkan antigen tidak berhubungan

·         Metode difusi tunggal
Di sini anti serum dalam agar semi solid, zona buffer dari agar dan antigen terpisah secara vertikal dalam tabung. Garis presipitasi terbentuk dalam zona buffer.
·         Metode difusi ganda
Agar dituang pada plat. Di bagian tengah diisi antigen atau antiserum sedangkan sera atau ekstrak di bagian tepi. Pita presipitasi terbentuk dalam gel pada posisi Ag dan Ab mencapai proporsi optimal setelah berdifusi. Dapat dimodifikasi dengan uji mikrodilusi menggunakan obyek gelas
·         Immunoelektroforesis
Jika terdapat sejumlah Ag dalam larutan seperti serum, sulit memisahkan pita presipitasi yang timbul pada setiap reaksi Ab-Ag, bila hanya menggunakan cara difusi di atas. Komponen serum dipisahkan dengan elektroforesis dalam agar gel dan antiserum dibiarkan berdifusi melalui komponen yang dihasilkan pada pita-pita yang terbentuk.
·         Elektroforesis "roket"
Merupakan metode kuantitatif, dilakukan elektroforesis antigen ke dalam gel yang telah mengandung antibodi. Presipitasi yang terjadi berbentuk roket, panjang masing-masing roket menunjukkan konsentrasi antigen.
·         Immunodifusi  radial tunggal
Antiserum monospesifik ditambahkan ke dalam gel, kemudian dituang pada slide petridisk atau lempeng plastik. Dibuat lubang gel, larutan antigen dimasukkan pada lubang. Terjadi difusi sehingga terbentuk zona sirkuler yang menunjukkan jarak proporsional dengan jumlah antigen yang ditambahkan pada setiap lubang. Kuantitasi antigen yang diperiksa diketahui dari perbandingan cincin presipitasi dibandingkan dengan cincin presipitasi kontrol.

2.     Uji aglutinasi
Digunakan untuk antigen berukuran besar, pada reaksi ini antibodi dikontakkan dengan antigen yang merupakan bagian permukaan suatu material misalnya eritrosit, mikroorganisme atau partikel anorganik (polystyrenelatex) yang telah dicoated dengan Ag. Reaksi Ab-Ag membentuk agregat yang dapat diamati atau aglutinasi.

3.     Uji Litik
Uji ini tergantung pada proses lisis dari darah atau bakteri dari suatu sistem yang mengandung antigen, direaksikan dengan antibodi dan komplemen. Antigen yang digunakan berupa :
a.             Sel (uji litik langsung)
b.            Bahan yang diadsorbsikan pada eritrosit atau lekosit (uji litik tidak langsung)

4.     Serological Inhibition Test
Untuk mendeteksi netralisasi antigen dan antibodi dengan mendemonstrasikan hambatan pada reaksi tertentu yang secara normal terjadi pada antigen atau organisme.
Aplikasi:
-          Deteksi antistreptolisin O
-          Animal protection test
-          Viral haemagglutination inhibition
-          Viral neutralization test menggunakan CPE pada kultur

5.     Immunoflourescence
Cat flourescence atau rhodamin diikatkan pada antibodi tanpa merusak spesifitasnya. Suatu konjugat dikombinasi dengan antigen (misalnya potongan jaringan) dan diikat oleh antibodi akan tampak dengan mikroskop UV, distribusi Ag pada jaringan atau sel

6.     Skin Test
Memanfaatkan reaksi kulit sebagai indikator sistem. Ada dua cara:
·         Pasif, bila antigen dan serum diinokulasikan, misalnya menguji toksin-antitoksin
·         Aktif, bila status immunologik diuji
Skin test digunakan untuk mengetahui adanya:
-          Antibodi terhadap bakteri
-          Reaksi alergi

7.     Antigen Binding Techniques
Metode ini digunakan untuk mengethui level antibodi dengan menentukan kapasitas antiserum dalam kompleks dengan antigen radioaktif, atau dengan mengukur jumlah immunoglobulin yang mengikat larutan antigen yang diberikan. Ada dua macam cara pada metode ini:
-          Radioimmunoassay
-          Teknik sandwich



Friday, September 20, 2013

Pemeriksaan Sitohistologi untuk diagnosa kanker


Mendengar istilah kanker seringkali membuat jantung berdebar dan secara otomatis merangsang sel-sel otak untuk mengarah pada hal-hal yang sangat mengerikan. Jenis penyakit yang satu ini memang sangat kontroversional. Sebab, berdasarkan realita yang sering kita hadapi, kanker merupakan salah satu penyakit terganas yang sukses merenggut banyak nyawa manusia. Selain itu, yang selama ini kita tahu pula bahwa belum ada obat yang benar-benar bisa menjadi jalan untuk kesembuhan kanker.
Kanker itu sendiri adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali. Dimana suatu kanker dapat membahayakan tubuh manusia sehingga mengakibatkan kematian.
Tapi tahukah bahwa sebenarnya setiap manusia berpotensi untuk kanker ? Setiap manusia mempunyai sel yang berpotensi untuk membentuk neoplasma (sel kanker). Namun neoplasma tersebut tidak selalu berkembang menjadi kanker.
1.   Kanker jinak   : Umumnya neoplasma tumbuh & berkembang secara lambat serta tidak melewati batas jaringan, sel dilapisi simpai, dan lama-kelamaan akan membesar. Jika neoplasma diangkat, kanker pun akan langsung sembuh, namun akan relaps sewaktu-waktu.
2.   Kanker ganas : Pertumbuhan dan perkembangan neoplasma sangat cepat dan meluas ke jaringan asal sehingga memerlukan penanganan yang cepat agar tidak menimbulkan bahaya tingkat tinggi.
Sel kanker dapat lepas dari sel kanker asal (primary cancer atau kanker primer) melalui aliran darah atau saluran limfatik dan menyebar ke bagian tubuh lain. Apabila sel tersebut mencapai bagian lain (menyebar) dari tubuh dan berkembang membentuk tumor baru di bagian itu disebut tumor sekunder (secondary tumor) atau metastasis.
Bagaimanakah ciri-ciri dari kanker ?
Ciri yang paling spesifik sebagai penanda kanker adalah adanya benjolan pada bagian tubuh tanpa disertai rasa sakit. Umumnya kehadiran benjolan tersebut awalnya tidak disadari oleh penderita. Biasanya ketika seseorang dengan ciri tersebut datang ke rumah sakit, dokter akan mengatakan bahwa itu adalah tumor. Istilah tumor memang erat kaitannya dengan kanker, karena tumor ganas hanya merupakan istilah lain dari kanker. Namun, bagi sebagian besar para dokter, penggunaan istilah kanker dirasa terlalu menyakitkan untuk diungkapkan kepada pasien. Maka, lazimnya para dokter tidak secara langsung memberitahukan kepada pasien bahwa penyakit yang dideritanya adalah kanker, melainkan tumor.
Penderita kanker umumnya hidup dalam ketidaknyamanan. Biasanya mereka akan merasakan nyeri yang luar biasa pada tubuhnya, karena sel-sel kanker telah menggerogoti organ-organ dalam tubuh. Adanya rasa putus asa pun menjadi suatu hal yang dekat dengan kehidupan para penderita kanker. Keputusasaan akan rasa sakit yang tiada tertahan di saat-saat tertentu, kepasrahan tentang masa hidup yang menjadi misteri, serta segala hal yang membuat kehidupannya berputar sangat jauh dari masa-masa sehat. Itulah salah satu hal yang paling menyedihkan saat kita membicarakan kanker. Sering sekali terbesit dalam pikiran kita betapa mengerikannya kanker, juga dalam hati menimpali akan perasaan iba yang mendalam ketika kita menyaksikan kehidupan para penderita kanker, atau mendengar bahwa saudara/teman kita mengidap kanker, dsb.
Tentu saja sebagai makhluk yang normal, kita selalu ingin hidup sehat. Di mana kesehatan itu tidak saja berekspektasi pada kesempurnaan fisikal, melainkan sehat secara ruhaniyah dan juga sosial. Karena apabila seseorang telah dinyatakan kanker, dia akan cenderung mengasingkan diri dari keramaian, dan menutup diri rapat-rapat. Mungkin hal tersebut hanya terjadi pada sebagian kecil dari para penderita kanker. Bagaimanapun, tidak semua penderita kanker melakukan hal seperti itu. Sebab, Tuhan itu Maha Besar, melebihi kebesaran & kehebatan kanker yang ulung dalam merenggut nyawa manusia. Maka bagi mereka yang masih sangat meyakini Kebesaran Tuhan, mereka akan tetap tegar. Adapun bagi mereka yang berlarut-larut berkelut dalam duka akibat kanker yang dideritanya bukan berarti mereka tak meyakini Kebesaran Tuhan, karena kekhawatiran sifat manusia itu wajar selama tidak berlebih.
Oleh karena itu, rasanya sangat perlu bagi orang-orang yang masih terbebas dari kanker untuk melakukan pola hidup sehat agar jauh dari kanker, seperti berikut :
1.   Selektif dalam memilih makanan. Hindari makanan yang mengandung pemanis buatan, pewarna buatan, dan pengawet. Karena kesemua komponen tersebut bersifat karsinogenik (dapat merangsang kanker).
2.   Olahraga teratur. Kurangnya gerak juga dapat membahayakan kondisi tulang-tulang kita.
3.   Gunakan masker saat berdekatan dengan bahan-bahan karsinogenik yang dapat terhirup. Contoh : Bensin. *Para pekerja SPBU beresiko tinggi terserang kanker paru, karena sehari-harinya mereka kontak langsung dengan aroma bensin (benzene).
Penanganan Kanker
          Dewasa ini, telah dikenal pemeriksaan SITOHISTOLOGI yang sangat berguna sebagai penunjang diagnosa kanker.
          SITOHISTOLOGI merupakan kombinasi dari pemeriksaan SITOLOGI dan HISTOLOGI.
Ø  Pemeriksaan Sitologi
SITOLOGI berasal dari dua kata CYTO = Sel dan LOGOS = Ilmu.
Pemeriksaan Sitologi digunakan untuk memeriksa sel kanker sebelum operasi bedah. Pemeriksaan yang dilakukan mencakup pemeriksaan kelompok sel penyusun jaringan. Bermanfaat untuk mendeteksi pertumbuhan kanker bahkan sebelum timbul manifestasi klinik penyakit kanker. Contoh: Pemeriksaan PAP Smear, Aspirasi Jarum Halus.
Ø  Pemeriksaan Histologi
HISTOLOGI berasal dari dua kata HISTO = Jaringan dan LOGOS = Ilmu.
HISTOLOGI mempelajari struktur & sifat jaringan serta organ tubuh untuk menjelaskan fungsinya. Histologi dapat juga disebut sebagai ilmu anatomi mikroskopis. Bidang biologi ini amat berguna dalam keakuratan diagnosis tumor dan berbagai penyakit lain yang sampelnya memerlukan pemeriksaan histologis. Cara pembuatan sediaan histologis disebut mikroteknik. Pembuatan sediaan dari suatu jaringan dimulai dengan operasi, biopsi, atau autopsi. Jaringan yang diambil kemudian diproses dengan fiksatif yang akan menjaga agar sediaan tidak akan rusak (bergeser posisinya, membusuk, atau rusak). Fiksatif yang paling umum digunakan adalah formalin (10% formaldehida yang dilarutkan dalam air).
          Pemeriksaan Histologi merupakan Diagnosa Pasti (Gold Standar) untuk mendiagnosa kanker, bermanfaat untuk :
1.   Mengetahui secara normal apakah ada jaringan yang kanker.
2.   Menunjang diagnosa infeksi organisme yang menyerang jaringan.

Bagi seorang Analis Kesehatan, mempelajari SITOHISTOLOGI bermanfaat untuk mengetahui peran-peran apa saja yang boleh dan/atau tidak boleh dalam melakukan pemeriksaan kanker.
Analis hanya melakukan teknik HISTOLOGI mulai dari melakukan teknik menyiapkan jaringan sampai membuat preparat. Tidak ada kewenangan bagi seorang Analis untuk menganalisa secara langsung, karena proses analitik hanya boleh dilakukan oleh dokter. Pemeriksaan SITOHISTOLOGI biasanya dilakukan di laboratorium Patologi Anatomi (PA).
          Jika tadi proses analisa kanker dapat dilakukan dengan pemeriksaan SITOHISTOLOGI, upaya penanganan kanker dapat dilakukan melalui :
·         Surgery (pembedahan), bila memungkinkan
Tujuan utama operasi adalah mengangkat kanker secara keseluruhan, karenanya hanya dapat sembuh kalau belum menjalar ke tempat lain.
·         Radiation (Menggunakan sinar radiasi)
·         Chemotherapy (Kemoterapi) dengan obat-obatan sitostantika (obat membunuh sel kanker)
Kemoterapi dan radiasi bertujuan untuk membunuh sel kanker atau menghentikan pertumbuhan sel kanker atau paling tidak memperlambat perkembangan sel kanker baru. Jadi kanker dapat disembuhkan secara total melalui pengobatan kemoterapi dan radiasi atau setidaknya pengobatan tersebut dapat berfungsi untuk mengurangi gejalanya.
·         Targeted therapy
Prinsip Terapi :
1.   Membunuh langsung sel tumor
2.   Menghambat siklus sel (induksi apoptosis)
3.   Menghambat metastasis (penyebaran kanker dari situs awal ke tempat lain di dalam tubuh) sel tumor
4.   Menghambat neo angiogenesis (sel kanker membentuk pembuluh darah baru)
5.   Menstimulus imunitas anti tumor (sitokin, vaksin)
Sasaran terapinya adalah menghambat pertumbuhan sel kanker. Sel kanker merupakan sel normal yang mengalami gangguan dalam regulasi pertumbuhannya.
·         Kombinasi dari keempat point di atas.
REFERENSI
§  Penjelasan tentang SITOHISTOLOGI dalam kelas pada Sabtu, 14 September 2013 pukul 08.30 s/d 10.00 WIB oleh Bapak Dedy Arianda.
Oleh : Fildzah Nur Amalina (SMK Bina Husada Mandiri tahun 2013)

Wednesday, July 31, 2013

Buku Saku Analis Kesehatan Revisi ke-3


Judul
: Buku Saku Analis Kesehatan revisi ke-3
Penulis Dedy Arianda
Penerbit : Analis Muslim Publisher
Tahun
: Ramadhan 1434 H / Juli 2013
Tebal
: 98 halaman
Ukuran : 10x10 cm

Analis Kesehatan adalah profesi di bidang medis atau kesehatan yang fokus dalam pelayanan pemeriksaan laboratorium. Saat ini popularitas profesi ini sedang naik daun,  disebabkan oleh kesadaran masyarakat akan kesehatan semakin membaik, ini terbukti dari meningkatnya permintaan masyarakat untuk melakukan pemeriksaan laboratorium rutin dan  meningkatnya permintaan medical check up untuk pemeriksaan laboratorium.
Saat ini juga telah banyak dibuka sekolah-sekolah analis baru dan fakultas-fakultas yang mempelajari ilmu analis. Sehingga dengan adanya buku yang praktis dan mudah untuk dipahami akan sangat membantu untuk mempelajari berbagai macam pemeriksaan laboratorium.
Kendala yang sering terjadi saat ini adalah banyaknya para analis yang sudah lama bekerja terkadang lupa dengan materi-materi dasar tentang ilmu dasar Analis kesehatan akibat penggunaan teknologi yang serba otomatis.
Sehingga dengan terbitnya buku ini, diharapkan dapat membantu untuk merefresh kembali imu lama yang pernah dipelajari. Hingga saat ini BSAK atau Buku Saku Analis Kesehatan telah tersebar ke seluruh wilayah indonesia.
Di dalam buku ini akan ditemui begitu banyak materi-materi ilmu analis yang begitu sangat familiar dan terpenting namun sering dilupakan, karena itu dengan buku ini diharapkan dapat sangat membantu.
Apalagi BSAK didesain dengan ukuran saku sehingga sangat praktis untuk dikantongi dan dapat dibaca dimanapun. Buku ini didominasi oleh gambar-gambar yang berwarna (full colour) baik itu gambar penjelas materi, gambar mikroorganisme, hasil reaksi pemeriksaan, dsb.
Ditambah lagi hausnya analis di indonesia akan kebutuhan buku-buku analis yang asli buatan seorang analis (bukan dokter patologi klinik) dan buku buatan orang indonesia (bukan buku terjemahan) sehingga cocok dengan kurikulum yang ada di indoensia.
Buku ini dapat digunakan untuk mahasiswa Analis karena memang materi dari buku ini disari dari ilmu perkuliahan. Namun di lapangan buku ini juga sangat pas untuk SMK Analis, karena selain berisi materi yang telah dipelajari juga berisi materi yang merupakan pengembangan dari ilmu analis SMK.
Berdasarkan pengalaman di lapangan buku ini banyak digunakan pada :
1. Panduan praktek-praktek di laboraotium baik bekerja maupun pendidikan
2. Pegangan untuk Praktek Kerja Lapangan (PKL) baik di Laboratorium Klinik maupun di Rumah Sakit
3. Berisi materi UAP (Ujian Akhir Program)
4. Bermanfaat untuk Uji Kompetensi (UKOM) Analis Kesehatan
5. Dan masih banyak lagi
Pada buku revisi ke-3 ini yang berbeda dari buku sebelumnya adalah adanya perombakan baik dari segi materi maupun bahasa yang digunakan, sehingga lebih mudah untuk dipahami.
Mengapa sekarang dinamakan revisi ke-3? Karena ternyata orang indonesia belum banyak kesadaran dalam membaca buku. Sehingga ketika terbit edisi ke-2 dari buku ini, banyak yang mengira buku ini adalah lanjutan dari edisi pertama. Sehingga masih banyak yang menanyakan dan ingin membeli edisi pertama juga. Padahal maksud edisi adalah buku yang  sama namun direvisi isinya sehingga terdapat materi baru atau editing materi buku.
Saat ini buku revisi ke-3 lebih tebal karena terdapat penambahan materi baru. Adapun daftar isi dan beberapa contoh isi buku pada revisi ketiga dapat dilihat di bawah ini :

Pusat pembelian buku klik di sini >>> ORDER CENTRE

 






Pusat pembelian buku klik di sini >>> ORDER CENTRE

Perhatian Penting :
  1. Pemesanan harus menggunakan format sms yang benar, wajib menyertakan kode pos.
  2. Menulis alamat selengkap mungkin agar paket pengiriman lebih cepat sampai tujuan
  3. Pembayaran dilakukan setelah mendapatkan balasan SMS pemesanan sesuai format 


Cara Pembayaran
Pembayaran dilakukan setelah mendapatkan balasan SMS pemesanan sesuai format di atas. Pembayaran dapat dilakukan melalui rekening berikut:
BANK BRI : A.N. Dedy Arianda = 7313-01-003219-53-9
atau
BANK MANDIRI : A.N. Dedy Arianda = 900-00-0778569-5
atau
BANK BTN : A.N. Dedy Arianda 00535-01-61-000274-8 

Setelah melakukan pembayaran melalui No. Rekening di atas, kami mohon Anda segera melakukan konfirmasi dengan menyertakan NOMINAL dan TUJUAN BANK TRANSFER (BRI/MANDIRI/BTN) kepada kami melalui no: 085697529868 (SMS/WA) atau pin BB (767BDB81) agar pengiriman barang dapat lebih cepat lagi kami lakukan. Setelah konfirmasi dari Anda kami terima, Insya Allah kami langsung mengirimkan buku pesanan Anda.
Terimakasih.

Tuesday, June 25, 2013

VeinViewer - Melihat vena lebih mudah


Alat ini sangat populer pada tahun 2007, rumah sakit yang pertama kali menggunakannya adalah Memphis Amerika Serikat berbasis Methodist Le Bonheur Healthcare. Alat ini dinamakan  VeinViewer atau contrast enhancer (VCE). VeinViewer merupakan alat untuk melihat vena lebih jelas dengan menggunakan kamera infra-merah sehingga darah (pembuluh darah) terlihat jelas dengan memproyeksikan gambar vena secara real time pada kulit. Alat ini meningkatkan kontras vena menggunakan software, dan memproyeksikan gambar vena ke permukaan kulit. VCE juga menggunakan software untuk menyelaraskan gambar yang diproyeksikan dengan vena sampai 0,06 mm. Dengan alat  ini, dokter, perawat, analis kesehatan dan profesional kesehatan lainnya dapat menemukan pembuluh darah dengan mudah dan menghindari suntikan berkali-kali kepada pasien. Puncture vena atau pengumpulan spesimen darah dari vena, biasanya dilakukan oleh perawat dan bersifat invasif, menyakitkan dan sering berkali-kali dilakukan. Menurut sebuah artikel dalam Journal of Phlebotomy, diperkirakan satu miliar vena puncture dilakukan setiap tahun. Dalam satu studi pada Journal of Nursing, jumlah jarum suntik untuk kateter yang berhasil berkisar dari satu sampai setidaknya 14. 90% dari pasien rawat inap memerlukan IV perifer dan sekitar 25% pasien memerlukan akses vena sentral yang terdiri dari tabung fleksibel kecil yang ditanam di bawah kulit sehingga obat dapat disampaikan langsung ke pembuluh darah besar.
Memphis yang merupakan Methodist Le Bonheur Healthcare telah menjadi sistem kesehatan pertama di dunia untuk menerapkan VeinViewer di beberapa tempat. Sistem kesehatannya berencana untuk memiliki sembilan alat ini dalam tujuh lokasi rumah sakit di wilayah Memphis. Beberapa sudah  siap.
"VeinViewer adalah teknologi revolusioner yang akan sangat meningkatkan perawatan pasien, keamanan dan kenyamanan," kata Gary S. Shorb, Presiden dan CEO, Methodist Le Bonheur Healthcare. "Membuat pasien lebih nyaman selama proses pengambilan gambar darah adalah manfaat utamanya, dan juga membantu para profesional kesehatan kami bekerja lebih efisien.
Penggunaan Pediatrik (cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan kesehatan bayi dan anak-anak) akan sangat penting karena bayi dan anak-anak memiliki pembuluh darah yang sangat kecil. Medical Center Le Bonheur Anak, rumah sakit hanya anak-anak di Le Bonheur sistem Kesehatan Methodist, adalah tempat tes awal untuk teknologi ini.
"Teknologi VeinViewer telah mengubah kemampuan kita untuk memberikan perawatan penuh kasih," kata Joel A. Saltzman, MD, direktur medis, anestesi, Le Bonheur. "Dengan VeinViewer, kami telah mengurangi tidak hanya jumlah spuit, tetapi juga tingkat stres yang terkait dengan beberapa spuit untuk praktisi, pasien dan keluarga pasien.
"Tidak ada risiko atau efek samping yang didapatkan - bahkan hanya menguntungkan," jelas Dr Saltzman. "Ini tidak invasif, tidak ada panas yang terjadi dan tidak ada kontak langsung dengan pasien. Anak-anak menyukainya karena mereka pikir itu keren. Para orangtua juga menyukai alat ini karena prosedur dengan alat ini tidak menggangggu secara psikologis atau stres pada fisik. Profesional kesehatan menyukainya karena memberikan target yang akurat dengan mode real-time. "
Dr Saltzman juga melaporkan keberhasilan alat ini 100% dengan menjaga pasien anak-anak tidak keluar dari ruang sampling untuk mendapatkan vena.
"Hal ini berarti mengurangi risiko kepada pasien dan lebih hemat ribuan dolar" kata Dr Saltzman. " efisiensi yang lebih besar dalam OR karena kita tidak harus mengganggu jadwal untuk jenis prosedur."
"VeinViewer adalah standar baru perawatan bagi siapa saja yang membutuhkan akses  vaskular. Saya senang bahwa Methodist Kesehatan adalah pelopor mengadopsi seluruh sistem teknologi ini. Menyediakan layanan kesehatan berkualitas tinggi adalah panggilan mereka. Kami merasa terhormat untuk membantu mereka," kata Jim Phillips, chairman, CEO dan presiden Luminetx.
Sumber :
www.gizmag.com
www.ieeexplore.ieee.org
Diterjemahkan dan disusun oleh @analismuslim